Inilah Tiga Kompetensi yang Dibutuhkan PR di Era VUCA
PRINDONESIA.CO | Rabu, 29/01/2020 | 4.457
Inilah Tiga Kompetensi yang Dibutuhkan PR di Era VUCA
Diperlukan kapabilitas global untuk menghadapi era VUCA.
Dok. LSPR

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Mengangkat tema “Mapping Public Relations Capabilities in ASEAN Perspectives: Towards a Global Framework”, agenda rutin yang diselenggarakan oleh ASEAN PR Network (APRN) mengajak para peserta yang merupakan praktisi PR untuk siap menyikapi era volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity atau VUCA. Era di mana perubahan aspek sosial, ekonomi, dan politik berlangsung cepat, isu sulit diprediksi, gangguan kian kompleks, dan situasi makin tidak jelas. Kondisi ini mengubah cara dunia bekerja, termasuk praktisi PR. 

Profesor Anne Gregory dari University of Huddersfield UK dalam risetnya yang berjudul Global Capability Network mengatakan, perusahaan yang terdampak VUCA perlu menghidupkan kembali atau mendefinisikan kembali identitas mereka yang unik dan berbeda. “Membangun karakter korporat yang autentik menjadi sangat penting di era ini,” ujarnya saat menjadi pembicara di ASEAN SPOT.

Di samping itu, platform dan teknologi digital baru yang semakin membentuk persepsi, kepercayaan, dan tindakan juga menuntut investasi dan juga keahlian. Untuk meningkatkan trust dari stakeholder, lanjut Anne, perlu adanya konten yang dapat dipercaya, pembentukan masa depan digital, dan teknologi komunikasi.

Hal ini mengakibatkan praktisi PR harus memiliki berbagai kapabilitas. Anne lantas membagi kapabilitas tersebut ke dalam tiga garis besar. Antara lain, kapabilitas komunikasi, organisasi dan profesional.

Untuk menjadi PR yang memiliki kapabilitas komunikasi, setidak ada empat kemampuan yang harus dimiliki. Pertama, kemampuan menyelaraskan strategi komunikasi dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi. Kedua, kemampuan mengidentifikasi dan mengatasi masalah komunikasi secara proaktif. Yang ketiga, kemampuan melakukan penelitian formatif dan evaluatif untuk mendukung strategi dan taktik komunikasi.Terakhir, kemampuan berkomunikasi secara efektif di berbagai platform dan teknologi.

Sementara untuk dapat memenuhi kapabilitas yang kedua, yaitu organisasi, PR harus memiliki tiga kemampuan ini. Di antaranya, memfasilitasi hubungan dan membangun kepercayaan dengan pemangku kepentingan internal dan eksternal dan masyarakat, membangun dan meningkatkan reputasi organisasi, serta memberikan kecerdasan kontekstual.

Nah, untuk kapabilitas profesional, setidaknya ada empat kemampuan yang harus dimiliki oleh praktisi PR. Yaitu, memberikan nasihat berharga dan menjadi penasihat tepercaya, menawarkan kepemimpinan organisasi, bekerja dalam kerangka kerja etis atas nama organisasi sesuai dengan harapan profesional dan masyarakat, serta mengembangkan diri dan orang lain. Termasuk, melanjutkan pembelajaran profesional.

 

Persepsi yang Sama

President APRN yang juga merupakan founder dan CEO LSPR Communication and Business Institute Prita Kemal Gani tak memungkiri tantangan para pelaku PR saat ini luar biasa tinggi. “Dampak globalisasi membuat dunia makin kompetitif. Kondisi ini menuntut PR harus mampu merangkul seluruh wilayah publik, baik lokal maupun internasional,” katanya. Prita berharap ASEAN SPOT dapat menjadi wadah bagi para pelaku PR se-ASEAN untuk membentuk persepsi yang sama.

Selain Prof. Anne Gregory, turut hadir pembicara lain seperti Deputy-Secretary General ASEAN for Community and Corporate Affairs Robert Matheus Michael Tene dan VP of Institute PR of Malaysia Jaffri Amin Osman APR.

Masih di kesempatan yang sama, APRN memberikan penghargaan Honorary Fellow Accredited PR kepada Ketua BPP Perhimpunan Humas Indonesia (PERHUMAS) Agung Laksamana dan akreditasi kepada peserta yang telah diasesi. (rvh)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI