Head of Corporate Communications PT Elnusa Tbk Jayanty Oktavia Maulina meyakini bahwa komunikasi bukan sekadar merangkai kata. Baginya, kehumasan adalah seni menggerakkan perubahan dan menjadi bagian dari solusi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Bagi Jayanty Oktavia Maulina, komunikasi adalah seni menyentuh hati, membentuk persepsi, dan pada akhirnya menciptakan perubahan. Pemahaman tersebut adalah kompas dalam perjalanan lebih dari satu dekade kariernya, yang kemudian mengantarkannya pada posisi strategis sebagai Head of Corporate Communications PT Elnusa Tbk sejak 2021.
Dalam rentang kariernya, perempuan yang akrab disapa Anty ini ditempa oleh keyakinan bahwa komunikasi bukan sekadar instrumen formalitas, tetapi alat yang memberi daya guna nyata. Dalam konteks ini, ia selalu memandang peran praktisi public relations (PR)/humas melampaui tugas menyusun pesan atau mengelola citra. “Bagi saya, PR adalah tentang menjadi bagian dari solusi, bukan hanya bagian narasi,” ujarnya kepada HUMAS INDONESIA, Minggu (24/8/2025).
Semangat tersebut ia bawa dalam setiap langkah, guna memastikan pesan yang disampaikan bukan hanya terdengar tetapi juga dirasakan. Sebab, bagi finalis Kartini HUMAS INDONESIA (KaHI) 2025 ini, kehumasan adalah seni menggerakkan perubahan melalui komunikasi yang bermakna dan berdaya guna.
Kemampuan Anty dalam bidang “seni” tersebut diuji pada 22 April 2024, ketika sebuah isu viral di media sosial menyeret nama Elnusa dan mengancam reputasi perusahaan. Sebagai pemimpin komunikasi, Anty tahu bahwa dalam krisis, waktu adalah faktor penentu. Tanpa menunda, ia memanfaatkan keahlian untuk segera menggerakkan koordinasi lintas fungsi, menyusun pernyataan publik yang tegas sekaligus empatik, dan memastikan publik paham akan komitmen Elnusa terhadap etika.
Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Di tengah badai krisis, ia mengaku harus tetap memimpin rapat penting di luar kota. Sambil memastikan agenda rapat berjalan lancar, Anty terus memantau dan mengarahkan penanganan isu dari kejauhan.
Kendati demikian, keresahan tetap tak bisa dibiarkan. Anty bersama timnya kemudian menginisiasi AKHLAK Stand Down Meeting di seluruh lini perusahaan. Tujuannya untuk membekali karyawan agar mampu menjadi penyambung pesan yang bijak. “Saya bersyukur bisa menjalani proses ini bersama tim yang solid. Saya bangga bukan karena saya memimpin, tapi karena kami memilih untuk berdiri tegak di tengah badai dengan kepala dingin dan hati yang terbuka,” tutur perempuan kelahiran 1989 ini.
Dari Inisiatif Internal hingga Keseimbangan Personal
Peran peraih gelar Magister Komunikasi Korporat dari LSPR Institute itu di Elnusa tidak sebatas menjaga citra. Lebih dari itu ia merupakan seorang inisiator. Berawal dari pengamatannya terhadap tren global, ia menjadi salah satu pendorong lahirnya Peta Jalan ESG (Environmental, Social, and Governance) Elnusa. “Meski tidak wajib, saya merasa perusahaan perlu memiliki peta jalan yang jelas mengenai ESG tiap lima tahun,” ungkapnya.
Langkah lain yang ia inisiasi dan berdampak besar adalah kampanye “No Plastic is Fantastic”. Berangkat dari keprihatinannya melihat tumpukan botol plastik dalam rapat, Anty lewat celetukan nyaris tanpa tendensi tertentu, berhasil menggerakkan kampanye masif meniadakan botol minum sekali pakai. Kini, budaya itu sudah mengakar di perusahaan. “Saya bukan orang sosial, bukan juga orang lingkungan, tapi saya bisa membuat produk itu dan menggerakkan orang. Itu PR zaman sekarang,” tuturnya.
Sebagai pemimpin, praktis hari-hari Anty penuh kesibukan. Namun, hal tersebut tidak membuatnya kehilangan kendali atas diri. Dalam hal ini, Anty memegang teguh prinsip mindful living, alias hadir sepenuhnya di setiap momen. Saat bekerja, ia fokus sepenuhnya pada tugas. Namun, ketika bersama keluarga, ia menutup rapat ruang kerja untuk sepenuhnya hadir bagi diri sendiri, suami, dan anak yang memahami ritme kerjanya. “Salah satu hobi yang paling saya nikmati adalah bermain golf bersama keluarga. Itu adalah momen kebersamaan yang sangat berharga. Di tengah lapangan yang luas dan tenang, kami bisa berbagi cerita, tertawa, dan menikmati waktu tanpa gangguan,” ujarnya.
Bagi Anty, ibu adalah sosok paling penting bagi kehidupan personal dan profesionalnya. Ketangguhan dan disiplin yang kini ia miliki sebagai pemimpin perempuan, ia dapat dari olahraga lari yang diajarkan sang ibu. “Ternyata kalau mau sukses, kita harus konsisten,” tutupnya. (ARF)