Di tengah industri yang lekat dengan maskulinitas, humas perempuan hadir membawa semangat kesetaraan. Hal itu tampak dalam sesi penjurian The 3rd Kartini HUMAS INDONESIA (KaHI) 2025, Kamis (21/8/2025), ketika para praktisi perempuan berbagi kisah dan kontribusi nyata.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Di sejumlah industri yang identik dengan maskulinitas dan dominasi laki-laki, kehadiran perempuan menjadi penting untuk menghadirkan ruang yang setara dan aman. Hal tersebut ditegaskan oleh sejumlah praktisi komunikasi perempuan yang tampil dalam sesi penjurian The 3rd Kartini HUMAS INDONESIA (KaHI) 2025, Kamis (21/8/2025).
Corporate Communication & CSR Head Division PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Tbk Khairani Windyaningrum misalnya, menilai bahwa perempuan sering dinilai “kurang” bukan karena tidak mampu, tetapi karena tidak diberi ruang. Oleh karena itu, dengan semangatnya, ia pun menghidupkan berbagai inisiatif mulai dari program komunikasi internal, program sosial, mentoring hingga komunitas yang memberi ruang aman bagi perempuan untuk bersinar di tengah dominasi laki-laki.
Bagi Khairani, perubahan sosial tidak selalu membutuhkan panggung besar. Dalam konteks ini, ia berpandangan, ruang hangat yang menumbuhkan keberanian dan kesempatan jauh lebih berarti. “Dalam industri aviasi, komunikasi yang baik bukan soal siapa yang paling banyak bicara, tapi siapa yang akhirnya berbicara,” ungkapnya.
Kartini Masa Kini
Sementara itu, PR Manager SPS Corporate Monica Gracia punya kisah yang tak kalah menarik. Bekerja di perusahaan produsen tisu terbesar kedua di Asia Tenggara dengan lebih dari 30 anak perusahaan, Monica menjadi praktisi public relations (PR)/humas pertama sekaligus satu-satunya perempuan di perusahaan yang sudah berdiri lebih dari 30 tahun itu.
Lewat kehadirannya, Monica membuktikan bahwa lembut bukan berarti lemah. Ia bahkan mendefinisikan peran praktisi PR seperti tisu yang sederhana, tetapi dibutuhkan semua orang. Dari tangannya, lahir berbagai inisiatif program seperti CSR, kampanye berkelanjutan dan kolaborasi lintas stakeholder. “Menjadi PR pertama dan perempuan di dunia industri ini menuntut presisi, empati dan keberanian. Kini, Kartini bukan hadir dengan kebaya, melainkan helm proyek dan cerita inspiratif,” ungkapnya.
Dalam sesi tanya jawab, keduanya mendapat perhatian dari Corporate Affairs and Communications APP Group Emmy Kuswandari yang duduk di bangku juri. Emmy menanyakan tentang cara GMF menampilkan diri sebagai industri yang tidak dipandang maskulin di mata publik, dan pemetaan strategi PR terkait isu lingkungan di SPS Corporate.
Menjawab hal itu, Khairani menjelaskan, GMF telah membentuk komunitas internal seperti Women in Engineering dan GMF Heroes yang secara aktif menampilkan kisah para teknisi perempuan yang disebarkan melalui media sosial.
Sementara Monica dengan penuh keyakinan menjawab, isu keberlanjutan menjadi prioritas utama yang terus digencarkan, dan diselaraskan dengan program PR sejalan dengan bisnis perusahaan yang erat kaitannya dengan pohon dan lingkungan.
KaHI 2025
Kartini HUMAS INDONESIA adalah inisiatif yang digagas HUMAS INDONESIA sebagai komitmen untuk mendorong peran aktif perempuan dalam mengembangkan profesi humas di Tanah Air. Penghargaan ini tidak hanya sekadar pengakuan atas keberhasilan individu, tetapi momentum untuk menginspirasi generasi muda perempuan mengejar kesuksesan di bidang humas.
Ikuti terus informasi tentang AHI 2025 dan KaHI 2025 hanya di humasindonesia.id dan prindonesia.co. (EDA)