Menurut Senior Vice President Public Affairs Danantara Indonesia Michael Reza Say, ada lima hal yang perlu dikuasai untuk menjadi praktisi PR hebat.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dinamika sosial dan perkembangan teknologi membuat profesi public relations (PR) menjadi salah satu yang menyimpan banyak peluang. Namun, selaras dengan itu, perjalanan karier di industri ini tidak bisa dibilang mudah. Hal tersebut diamini oleh Senior Vice President Public Affairs Danantara Indonesia Michael Reza Say.
Kendati demikian, Michael mengatakan, ada beberapa hal yang bisa memastikan seorang praktisi PR menjadi hebat untuk melewati pelbagai tantangan dalam perjalanan kariernya. Dikutip dari video YouTube di kanal PR Clubhouse Indonesia, (Senin 8/9/2025), berikut lima di antaranya.
1. Jadilah Juru Bicara Bukan Juru Jawab
Michael menegaskan, tugas seorang praktisi PR dewasa ini bukan hanya menjawab pertanyaan, tetapi menyampaikan pesan perusahaan. “We are a spokesperson, not an answer person. Jadi mulai sekarang teman-teman bukan juru jawab lagi tapi kita jadi juru bicara,” kata Michael.
2. Siapkan dan Kenali Narasi Utama
Sebelum berbicara, kata Michael, praktisi PR harus mengetahui apa pesan yang ingin disampaikan dan siapa audiensnya. Termasuk ketika beraktivitas di media sosial. “Kalian di media sosial pun bercerita sebenarnya dengan feed kalian, ada persona yang ditampilkan,” ujar Michael.
3. Kuasai Teknik 3 Poin Utama
Dalam berkomunikasi, pesannya, praktisi PR dapat menerapkan teknik tiga poin penting di awal dan ulangi di akhir presentasi. Michael menjelaskan, hal ini dapat membantu audiens lebih mudah mengingat pesan secara psikologis.
4. Pahami Siapa Audiens
Penting bagi praktisi PR untuk mengenal dan memahami setiap audiensnya, karena hal ini akan berdampak pada cara kita menyampaikan pesan kita. “Pesan yang sama bisa terasa berbeda jika disampaikan kepada audiens yang berbeda,” tambah Michael.
5. Repetisi Sebagai Strategi
Terakhir, pria yang pernah berkarier di Edelman Indonesia dan Edelman London itu menjelaskan, orang Indonesia punya kecenderungan untuk mendengar pesan tiga sampai lima kali agar benar-benar memahami dan menerapkannya. Dalam konteks ini, repetisi bukan sebuah kelemahan, tetapi bagian dari sebuah strategi. “Jadi, tidak apa-apa untuk memberikan pesan yang berulang-ulang,” tutupnya.
Dengan menerapkan lima langkah ini, Michael percaya praktisi PR dapat memperkuat dampak komunikasi, membangun kepercayaan, dan menjadi reputasi perusahaan secara berkelanjutan. (EDA)