Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Rini Widyantini memandang city branding sebagai sarana penyampaian identitas dan arah pembangunan daerah secara konsisten, dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – City branding bukan sekadar alat promosi daerah, melainkan bagian penting dari strategi komunikasi publik yang terstruktur dan menyeluruh. Hal itu ditegaskan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Rini Widyantini, dalam audiensi bersama City Brand Institute di Kantor Kementerian PANRB, Rabu (23/7/2025).
Kesimpulan tersebut disampaikan Rini karena memandang city branding sebagai sarana penyampaian identitas dan arah pembangunan daerah secara konsisten, dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Selain itu, ia menilai city branding dapat memperkuat narasi kebangsaan berbasis nilai lokal, menumbuhkan rasa bangga warga, dan meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan. “Ini menjadi bagian tak terpisahkan dari keberhasilan kebijakan publik,” ucapnya dikutip dari keterangan resmi, Kamis (24/7/2025).
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam lanskap transformasi digital dewasa ini, pelayanan publik harus bergerak ke arah yang lebih human-centered atau berorientasi pada kebutuhan, pengalaman, dan harapan masyarakat. Dalam konteks city branding, imbuhnya, secara praktik tidak bisa lagi hanya memperkenalkan citra suatu daerah, tapi juga membangun kepercayaan, memperluas partisipasi publik, dan memperkuat koneksi emosional antara pemerintah dengan warga.
Sinergi Kolaborasi
Adapun saat ini Kementerian PANRB tengah menjajaki kerja sama dengan City Brand Institute dalam bentuk pelatihan peningkatan kompetensi bagi aparatur sipil negara (ASN). Lewat pelatihan tersebut para ASN dibekali kemampuan kontekstual city branding dalam aspek teknis, manajerial, sosial-kultural, hingga digital sebagai modal utama dalam menghadapi dinamika pembangunan daerah dan tantangan global.
Rini menegaskan, langkah ini sejalan dengan Grand Design Manajemen ASN 2025-2045 yang menargetkan pembentukan ASN adaptif, berintegritas, dan berkapabilitas global. Salah satu pendekatan yang diusung ialah pembelajaran berbasis praktik yang relevan dengan realitas lapangan, guna memperkuat kepekaan ASN terhadap kebutuhan spesifik masyarakat.
Menutup penjelasannya, alumnus Universitas Flinders itu menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor guna mengembangkan kompetensi ASN dalam rangka implementasi city branding. Ia berkeyakinan, penguatan kapasitas birokrasi membutuhkan sinergi aktif dengan sektor swasta dan organisasi nirlaba. Dengan itu, ia meyakini, pembangunan daerah secara fisik dapat diimbangi oleh narasi yang kuat dan strategis.
Pandangan Rini di atas sempat dibuktikan Marhanani lewat penelitian bertajuk Strategi Komunikasi Kota Bandung Dalam Membentuk City Branding Sebagai Destinasi Wisata Belanja (2017). Terungkap dalam penelitian tersebut, kesuksesan city branding sangat bergantung kepada sinergi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan. (eda)