Senior Head of Strategic Brand Growth and Influence Paragon Corp Elsa Maharani menegaskan, peran PR kiwari telah berevolusi menjadi penggerak pertumbuhan merek yang mengelola ekosistem influence secara strategis dan berkelanjutan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Perkembangan lanskap media dan perilaku audiens yang semakin dinamis mendorong Paragon Corp untuk melakukan redefinisi mendasar peran public relations (PR) kiwari. Disampaikan oleh Senior Head of Strategic Brand Growth and Influence Paragon Corp Elsa Maharani, dewasa ini peran PR tidak lagi terbatas pada hubungan dengan media konvensional.
Dijelaskannya dalam acara Digital PR Connect: The New PR Architecture 2026 di Melting Pop, M Bloc Space, Jakarta, Rabu (10/12/2025), ekosistem komunikasi hari ini sudah jauh lebih kompleks dan dipenuhi beragam kanal dengan peran strategis masing-masing dalam membentuk persepsi, kepercayaan, hingga keputusan audiens. “Perubahan ini menuntut kami melakukan reframing struktur PR menjadi strategic brand growth and influence,” ujarnya di hadapan lebih dari 100 peserta yang merupakan praktisi PR.
Pergeseran PR dari fungsi komunikasi pendukung menjadi penggerak pertumbuhan merek yang secara aktif melalui kolaborasi berbagai pihak, terang Elsa, memungkinkan Paragon untuk merangkul new media dan para influencer dalam perjalanan komunikasi demi memastikan mereka menjadi top of mind dan dipercayai masyarakat.
Tentang Membangun “Influence”
Mengenai influencer, menurut Elsa, praktisi PR perlu mempertimbangkan segala jenis yang ada saat ini. Adapun mega influencer, katanya, lebih efektif membangun awareness dalam skala besar dan dapat menggerakkan komunitas. Sementara makro hingga nano influencer, bisa memainkan peran penting dalam mendorong konversi kepercayaan. “Semakin kecil jumlah pengikut, justru semakin tinggi tingkat kepercayaan yang terbangun karena relasi yang lebih dekat dan autentik dengan audiensnya,” jelasnya.
Adapun new media, lanjutnya, hari ini berada di posisi yang tak kalah strategis. Kehadiran mereka yang berakar dari komunitas, kata Elsa, secara tidak langsung membawa budaya dan narasi yang khas sehingga mampu membangun audiens yang sangat tersegmentasi.
Namun, terangnya merujuk kepada praktik yang dijalankan Paragon, kerja sama dengan new media maupun influencer baiknya tidak dijalin dalam simpul transaksional. Sebaliknya, lakukan pendekatan kolaboratif, dan libatkan mereka untuk co-create narasi dari organisasi dengan karakteristik audiens masing-masing. Sehingga, organisasi tidak hanya mendapatkan jangkauan pesan, tetapi juga membangun pengaruh dalam pesan merek. (EDA)