Praktisi PR Wajib Tahu 7 Cara Jitu Melawan Disinformasi
PRINDONESIA.CO | Kamis, 10/07/2025
Praktisi PR Wajib Tahu 7 Cara Jitu Melawan Disinformasi
Ilustrasi disinformasi
doc/freepik

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Misinformasi dan disinformasi hari ini telah menjadi ancaman serius bagi reputasi organisasi maupun individu. Praktis, peran public relations (PR) menjadi kian krusial. Hal ini diaminkan oleh CEO Institute for Public Relations Tina McCorkindale.

 

Dalam hal ini, Tina menilai penting strategi menangkal disinformasi sebelum terlanjur dipercaya dan disebarkan publik. Jika disinformasi telah berubah menjadi misinformasi, katanya, upaya memulihkan persepsi relatif lebih sulit dilakukan.

Untuk itu, ia membagikan tujuh cara jitu yang bisa diterapkan para praktisi PR. Melansir PR Daily, Selasa (8/7/2025), berikut uraiannya. 

1. Bangun Sistem Pemantauan Digital yang Aktif

Pertama, Tina menyarankan agar praktisi PR aktif memantau percakapan publik di media sosial, termasuk sebaran berita, melalui alat seperti social listening tools. Dengan ini praktisi PR dapat mendeteksi isu sensitif, potensi hoaks, dan persepsi negatif.

2. Tingkatkan Literasi Media Internal dan Eksternal

Disarankan juga agar organisasi mengadakan pelatihan rutin kepada karyawan, mitra maupun masyarakat, agar mereka semakin lihai mengenali sumber yang kredibel, membedakan fakta dan opini, hingga menghindari jebakan kabar menyesatkan.

3. Gunakan Strategi “Prebunking”

Praktisi PR bisa juga mempersiapkan audiens menghadapi potensi disinformasi atau misinformasi, dengan cara menyebarkan informasi faktual tentang topik yang mungkin disalahartikan. Misalnya, saat menjelang pemilu, praktisi government public relations (GPR) dapat memberikan rincian yang jelas dan faktual terkait proses pemungutan suara.

4. Siapkan Saluran Klarifikasi yang Responsif

Jangan lupa untuk menyediakan kanal resmi seperti laman frequently asked questions (FAQ), akun media sosial, atau pusat informasi yang mudah diakses. Lewat fasilitas ini, kata Tina, praktisi PR dapat memberikan klarifikasi secara cepat dan transparan dengan bahasa yang mudah dipahami.

5. Libatkan Komunitas dalam Edukasi Publik

Tina juga menganjurkan agar praktisi PR menjalin kerja sama dengan komunitas lokal dan  masyarakat untuk mengadakan diskusi, webinar, atau kampanye edukatif terkait proses verifikasi informasi. “Sediakan sumber daya yang dapat memandu masyarakat tentang bagaimana dan dimana menemukan informasi yang akurat, sehingga semakin kecil mereka termakan informasi palsu,” ungkapnya.

6. Gunakan Pendekatan “Behavioral Science”

Ada pula teori ilmu perilaku yang bisa diterapkan untuk melawan disinformasi. Misalnya  inoculation theory yang secara praktik dapat diterapkan dengan menampilkan sumber hoaks berikut cara menghindarinya. Pendekatan ini dapat membantu masyarakat memiliki daya tolak terhadap manipulasi informasi.

7. Ikuti Tren dan Adaptasi Strategi

Tidak bisa dimungkiri, perkembangan disinformasi atau misinformasi cepat merebak dan adaptif. Oleh karena itu, tegas Tina, praktisi PR wajib selalu update dengan tren terkini.

Demikian tujuh kiat menangkal disinformasi. Semoga bermanfaat, ya! (eda)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI