Bagi AVP Corporate Communication & Government Relations PT Bukit Asam Tbk ini, asam garam dunia PR selama berkarier tidak akan mungkin bisa ia telan jika tanpa dukungan keluarga. Kebanggaan yang senantiasa ditunjukkan orang-orang terkasih terhadap hasil kerjanya selama ini, ia pandang sebagai dorongan dalam mengatasi setiap tantangan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kerja-kerja public relations (PR) dan pemasaran (marketing) bagi sebagian orang mungkin tampak sama. Padahal, keduanya merupakan bidang berbeda, dengan tugas dan fungsi yang bisa dibilang saling melengkapi. Setidaknya begitu yang telah dibuktikan Dinna Permana Setyani.
Kepada PR INDONESIA, Selasa (18/3/2025), Dinna menjelaskan, peran penting yang kini ia jalankan sebagai Assistant Vice President Corporate Communication & Government Relations PT Bukit Asam Tbk (PTBA), sedikit banyak terbantu oleh pengalamannya dulu ketika menjadi marketing di perusahaan pengembang IT.
“Kalau di dunia marketing kita jualan produk. Sementara di PR, create story untuk sesuatu yang tidak ada produknya,” ucap lulusan Business Marketing dari Australia itu.
Meski secara akademik bekal yang ia punya lebih banyak tentang pemasaran, tetapi Dinna mengaku cukup kenyang dengan serba-serbi PR karena sempat berkarya di Ogilvy. Di titik itu, kata sulung dari dua bersaudara tersebut, karier profesionalnya sebagai praktisi komunikasi dimulai.
“Dari dulu saya pengin banget masuk Ogilvy, karena merasa itu tempat yang keren. Semacam akademi untuk praktisi PR,” kenangnya.
Menarik mundur ingatannya, Dinna menjelaskan, di Ogilvy ia belajar banyak hal mendasar. Mulai dari memahami key message, menyiapkan standby statement, hingga mengetahui pentingnya monitoring media untuk tahu isu-isu terbaru.
Baru setelah melalang buana ke berbagai perusahaan, langkah Dinna tertambat di MIND ID selama satu tahun, sebelum akhirnya mantap di PTBA pada dua tahun terakhir ini. “Salah satu concern saya ketika diamanahkan tanggung jawab yang sekarang adalah create story agar perusahaan punya citra positif,” ucapnya tegas.
Dinna merasa, saat ini banyak orang yang cenderung menentang aktivitas tambang, tetapi tidak tahu persis bagaimana operasional dan kontribusi perusahaan seperti PTBA. Ia pun menjelaskan, selama lebih dari 44 tahun sejak diambil alih oleh pemerintah, PTBA telah menorehkan banyak cerita, khususnya terkait kontribusi dalam pengembangan masyarakat sekitar.
Misalnya, contoh Dinna, reklamasi tambang menjadi taman wisata edukatif di Tanjung Enim, pelestarian budaya lokal lewat Batik Kujur dan tenun, hingga promosi kawasan tambang Ombilin yang kini menjadi warisan dunia UNESCO. “Narasi bermakna tentang hal-hal tersebut akan menjadi bukti bahwa perusahaan tambang tidak buruk sebagaimana anggapan. Penting sekali menceritakan program yang bagus kepada publik, agar pesan tersampaikan penuh makna,” imbuhnya.
Berdikari
Bagi Dinna, asam garam dunia PR selama ini tidak akan mungkin bisa ia telan jika tanpa dukungan keluarga. Kebanggaan yang senantiasa ditunjukkan orang-orang terkasih terhadap hasil kerjanya selama ini, kata penyuka traveling itu, adalah dorongan dalam mengatasi setiap tantangan. “Dukungan suami dan anak yang membuat saya bisa sampai di titik ini,” ucapnya.
Selaras dengan itu, menurut Dinna, perempuan hari ini harus mandiri dan berdaya tanpa perlu mengesampingkan peran pasangan. Hal tersebut bahkan telah menjadi prinsip hidup yang ia pegang sejak lama. “Saya nggak mau tergantung dengan orang lain. Seberat apapun masalahnya, pasti ada jalan keluar. Saya harus bisa survive,” tegas salah satu peraih Best Presenter dalam ajang Satu Dekade PR INDONESIA Awards (PRIA) 2025 itu.
Di sela kesibukan yang sangat ia nikmati, perempuan hobi masak dan baking itu mengaku suatu saat ingin melanjutkan studi magister di bidang psikologi. “Selama ini saya sudah banyak bertemu orang, dan sepertinya seru kalau bisa belajar tentang psikologi manusia,” tandasnya. (eda/lth)