Ada alasan khusus di balik pemilihan tema “Building Public Trust through Digital Literacy”. Menurut founder dan CEO PR INDONESIA Asmono Wikan, tema pembuka rangkaian acara Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) itu dipilih karena relevan dengan kondisi yang terjadi di kalangan praktisi PR hari ini.
BALI, PRINDONESIA.CO – Asmono mengatakan, perubahan tiada henti yang terjadi di era Revolusi Industri 4.0 ini menarik untuk dikaji. “Perubahan yang dinamis ini membuat kita sulit merancang suatu perencanaan,” katanya membuka sesi konferensi JAMPIRO #5 di Bali, Selasa (29/10/2019).
Begitu banyaknya perubahan membuat daya ingat menjadi pendek. Tak ayal, pesan pendek yang sederhana, menarik mata mendorong fenomena clickbait atau umpan klik. Kinerja PR pun makin menantang. Terutama dalam menyusun strategi kampanye PR. “Dunia yang serba instan dan bergegas. Di satu sisi, PR harus mempertahankan trust,” katanya. “Tak ada satu jurus yang paling ampuh untuk dapat menyelesaikan suatu persoalan, melainkan butuh beragam jurus. Kinerja PR pun terasa lebih melelahkan,” ujarnya.
Di tengah gegap gempita ini, ada pelajaran penting yang dapat dipetik oleh praktisi PR. Bahwa berkomunikasi tidaklah segampang yang disangka. Berkomunikasi bukan sekadar menyampaikan pesan kepada publik melalui aneka platform media, lalu selesai. “Mengelola komunikasi apalagi komunikasi digital memerlukan keterampilan teknis, strategis, sekaligus kecerdasan emosional,” imbuhnya.
Penutup, ia mengajak seluruh peserta untuk beradaptasi, terus belajar agar tidak ketinggalan zaman. Sebaliknya, justru memberi warna. (rtn)