Menavigasi Praktik PR di Persimpangan Era “New Media”
PRINDONESIA.CO | Kamis, 11/12/2025
Menavigasi Praktik PR di Persimpangan Era “New Media”
Pendiri Konner Advisory Silih Agung Wasesa dan CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan
doc/PRINDONESIA

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Perubahan perilaku media dan pola konsumsi informasi masyarakat membuat praktik public relations (PR) berada di titik persimpangan. Disampaikan oleh founder Konner Advisory Silih Agung Wasesa, hal tersebut karena matriks keberhasilan komunikasi di era digital jauh lebih kompleks dibandingkan pada era media tradisional. 

Dijelaskannya dalam acara Digital PR Connect: The New PR Architecture 2026 di Melting Pop, M Bloc Space, Jakarta, Rabu (10/12/2025), dunia yang dijalani praktisi PR hari ini semakin menantang dengan hadirnya new media, alias media yang aktivasi dan basis audiensnya masif di media sosial. Mereka, kata Silih, punya kemampuan mencetak engagement yang luar biasa.

Kondisi tersebut, kata Silih, praktis menuntut praktisi PR untuk bisa memanfaatkan potensi ekosistem digital dengan sangat baik. “Sekaligus menghadapi celah dan dinamika yang berbeda dibanding era ketika strategi komunikasi cukup berfokus pada undangan wartawan dan penyampaian key message,” ujarnya menjelaskan.

Lebih lanjut mengenai urgensi optimalisasi ekosistem digital, Silih menjelaskan, golden hourdalam 24 jam bagi praktisi PR untuk merespons isu sebelum merebak menjadi krisis, di era sekarang sudah tidak lagi relevan. Dalam praktik PR beberapa dekade yang lalu, katanya, suatu organisasi punya cukup banyak waktu untuk melakukan morning brief sebelum merilis klarifikasi. 

Media Tradisional dan “New Media”

Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu juga menyoroti pergeseran narasi yang kini lebih mengutamakan pendekatan cerita emosional (emotional narrative), yang lebih efektif mendorong engagement publik. Berbagai turunan strategi ini pun mengalami perkembangan ke berbagai area seperti intellectual property (IP) management, hingga pengembangan maskot brand. “Semuanya menjadi bagian penting dari upaya membangun digital PR connect,” imbuhnya.

Seakan melengkapi, CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan menegaskan pentingnya kolaborasi dalam menghadapi perubahan media dan pola konsumsi informasi publik. Dalam konteks ini, pria kelahiran Yogyakarta itu berpandangan, praktisi PR tidak boleh meninggalkan media arus utama karena memiliki kredibilitas tinggi. “Media baru dapat dimanfaatkan dengan gaya bahasa yang lebih informal untuk menggerakkan publik melalui narasi emosional dan aksi nyata,” ujarnya. 

Secara garis besar, Asmono mengatakan, praktisi PR hari ini harus mampu menavigasi dua realitas sekaligus, yakni dengan tetap menjalin hubungan baik bersama media arus utama yang, dan mulai menjajaki peluang dengan new media. (EDA)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI