Strategi PR di Tengah Efisiensi Anggaran Ala CEO SEQARA Communications
PRINDONESIA.CO | Rabu, 24/09/2025
Strategi PR di Tengah Efisiensi Anggaran Ala CEO SEQARA Communications
founder dan CEO SEQARA Communications Niken Widi Hapsari dalam sesi workshop Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) 2025 di Hotel Platinum, Surabaya, Rabu (24/9/2025).  
doc/PR INDONESIA

SURABAYA, PRINDONESIA.CO – Program komunikasi yang dijalankan unit public relations (PR) tidak melulu harus berasal dari arahan pimpinan, tetapi juga bisa dari inisiatif strategis yang dilandaskan kepada data, kreativitas, skala prioritas, dan dampak terukur. Demikian disampaikan founder dan CEO SEQARA Communications Niken Widi Hapsari dalam sesi workshop Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) 2025 di Hotel Platinum, Surabaya, Rabu (24/9/2025).  

Meski demikian, Niken menegaskan, praktisi PR perlu memantapkan langkah sejak awal dengan mengidentifikasi kebutuhan utama organisasi melalui riset sederhana. “Cari tahu masalah inti komunikasi yang menghambat tujuan instansi, persepsi organisasi di mata publik, dan data lain yang menjadi pendukung,” ujarnya.

Setelah riset, kata Niken, praktisi PR dapat melanjutkan dengan merumuskan tujuan komunikasi menggunakan pendekatan SMART dengan penambahan dua elemen “ER” yakni evaluation dan rewarded, recorder, renewed atau recognised-menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai organisasi.

Selain itu, Niken mengingatkan, praktisi PR perlu untuk terus melakukan pemetaan prioritas pada program komunikasinya. Pemetaan ini, katanya, akan dapat membantu memutuskan program mana yang harus segera dijalankan, dan mana yang bisa ditunda. Skala prioritas ini dapat dilihat dari parameter high impact–low resource dan high resource–low impact.

Kreativitas

Perempuan yang juga aktif sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Latihan (Diklat) di Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) itu menyadari kebijakan efisiensi anggaran pemerintah saat ini telah menghadirkan tantangan sendiri bagi unit-unit PR. Namun, tegasnya, program PR yang efektif dewasa ini tidak selalu harus menggunakan biaya besar.

Dalam konteks ini, katanya, yang dibutuhkan praktisi PR adalah kreativitas terkait pengelolaan anggaran, penerapan frugal experimentation, dan optimalisasi owned media. “Praktisi humas memang perlu kreativitas untuk lebih cermat memetakan siapa saja yang ada di sekitar kita yang bisa menjadi penyambung informasi atau bahkan memberi pengaruh positif terhadap pesan atau program yang digalakkan sehingga sampai ke target audiens dengan biaya yang rendah,” pungkasnya.

Ikuti terus informasi tentang rangkaian acara puncak AHI 2025 hanya di humasindonesia.id dan prindonesia.co. (EDA)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI