Komunikasi publik yang inklusif bukan hanya soal keterbukaan informasi, tetapi juga tentang memastikan setiap orang mendapat ruang yang setara untuk memahami dan berpartisipasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Sesi penjurian Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) 2025 hari kedua, Rabu (20/8/2025), menjadi panggung refleksi tentang bagaimana lembaga keuangan menegakkan prinsip Diversity, Equity, and Inclusion (DEI). Layaknya dua nakhoda yang menavigasi kapal besar di samudera komunikasi publik, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) tampil dengan strategi yang berbeda, tetapi dengan tujuan serupa yakni memastikan tak seorang pun tertinggal dalam akses informasi dan layanan keuangan.
Di hadapan dewan juri, OJK memaparkan program literasi keuangan bertajuk OJK Digiclass, yang menyasar pemberdayaan digital bagi perempuan penyandang disabilitas. Analis Eksekutif Grup Komunikasi Publik OJK Oman Sukmana menjelaskan, program ini adalah bentuk nyata komitmen OJK dalam menjalankan amanat Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). “Setiap orang berhak memperoleh informasi publik. Dan OJK sebagai badan publik yang informatif tentu berkepentingan mewujudkan pemerataan informasi bagi disabilitas,” tegasnya.
Jika OJK menekankan aspek pemberdayaan, maka BI memilih jalur penguatan aksesibilitas kanal komunikasi digital. Dijelaskan oleh Analis & Assistant Manager BI Rivo Mandey, saat ini portal e-PPID, aplikasi BIMA, dan layanan interaktif lain milik bank sentral tersebut telah didesain ramah disabilitas. “Tayangan video di website BI (juga) sudah dilengkapi penerjemah bahasa isyarat. Website pun dikembangkan dengan fitur inklusif tambahan. Bahkan kini tersedia layanan video call yang bisa diakses stakeholder melalui BICARA Daring,” jelasnya.
Inovasi Digital dan Catatan Kritis
Dalam mengukur keberhasilan, OJK menempatkan partisipasi perempuan disabilitas dalam pelatihan konten kreator sebagai indikator penting. Hal ini krusial, sebab data menunjukkan baru 24,3 persen penyandang disabilitas di Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal.
Dalam konteks ini, Oman menjelaskan, program OJK Digiclass telah melahirkan kreator konten disabilitas yang aktif menyebarkan literasi keuangan. Kendati demikian, dewan juri Chrysanthi Tarigan menyoroti minimnya data kuantitatif terkait output program. “Apakah para konten kreator disabilitas setelah pelatihan membuat berapa konten terkait literasi dan inklusi keuangan? Tidak ada data kuantitatif yang bisa ditampilkan di sini,” ucap Head of Corporate Communications PT Chandra Asri Pacific Tbk. itu.
Sementara BI lebih menitikberatkan pengukuran pada data penggunaan, seperti analisis lalu lintas situs web PPID, hingga tingkat kepuasan pengguna Chatbot LISA. Hasilnya, BI mencatat peningkatan signifikan permintaan informasi publik melalui platform virtual sebagai sebuah sinyal kuat bahwa strategi komunikasi digital mereka berjalan efektif.
Pada akhirnya, baik OJK maupun BI menunjukkan wajah baru peran humas yang kian strategis dan terukur. Inovasi komunikasi yang mereka jalankan ibarat mercusuar yang tak hanya memancarkan cahaya informasi, tetapi juga membangun ekosistem layanan publik yang inklusif, demi memastikan tidak ada seorang pun yang dibiarkan berjalan dalam gelap.
AHI 2025
Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) merupakan ajang kompetisi kinerja akuntabilitas komunikasi dan keterbukaan informasi publik institusi (government public relations/GPR), yang bertujuan mengukur kinerja komunikasi dan keterbukaan informasi sepanjang satu tahun terakhir.
Dipersembahkan oleh HUMAS INDONESIA, media berbasis komunitas humas/GPR di Indonesia, penyelenggaraan AHI yang ketujuh pada tahun ini membuka kesempatan bagi berbagai institusi seperti Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi Negeri, BUMN, Anak Usaha BUMN, BUMD, dan Badan Layanan Umum (BLU) di seluruh Indonesia, untuk membuktikan diri di enam kategori meliputi Pelayanan Keterbukaan Informasi Publik Terinovatif, PPID Terbaik, Media Internal, Kanal Digital, Program Kehumasan Pemerintah (Government Public Relations/GPR).
Tahun ini, dalam periode penyelenggaraan yang sama, HUMAS INDONESIA juga menggelar ajang Kartini HUMAS INDONESIA (KaHI) 2025 sebagai wadah bagi perempuan di dunia komunikasi untuk menunjukkan perspektif dan keterlibatan mereka. Kompetisi ini tidak hanya berfokus pada produktivitas kerja di kantor, tetapi juga pada kontribusi mereka di ranah domestik maupun publik.
Ikuti terus informasi tentang AHI 2025 dan KaHI 2025 hanya di humasindonesia.id dan prindonesia.co. (ARF)