Melalui WPRC Connect 2025, para mahasiswa komunikasi diajak menyelami teori komunikasi krisis dan praktik nyata di lapangan dari paparan praktisi komunikasi.
SEMARANG, PRINDONESIA.CO – Walisongo Public Relations Community (WPRC) yang bernaung di bawah jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Walisongo Semarang menegaskan bahwa strategi komunikasi krisis yang memadai akan menjadi kunci dalam melindungi kredibilitas dan reputasi organisasi.
Hal tersebut tercermin dari acara WPRC Connect bertajuk Strategic Crisis Communication: Melindungi Kredibilitas dan Reputasi Perusahaan yang menghadirkan Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Taufiq Kurniawan, dan Pranata Humas Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI Imam Adlan, untuk memberikan perspektif dan pengalaman dalam pengelolaan krisis.
Dalam acara yang berlangsung di Teater Planetarium UIN Walisongo Semarang, Senin (13/10/2025) itu, Taufiq dalam paparannya menegaskan, kecepatan dan ketepatan informasi merupakan hal utama yang harus dipastikan praktisi public relations (PR) ketika menghadapi krisis. “PR harus menjadi jembatan antara fakta dan persepsi publik. Membangun rasa aman dan kenyamanan bagi stakeholder adalah langkah pertama dalam memulihkan reputasi,” ujarnya dilansir ANTARA News, Selasa (14/10/2025).
Taufiq menambahkan, dalam konteks tempatnya bekerja, ada beberapa hal penting yang perlu dipatuhi praktisi PR ketika menghadapi krisis. Di antaranya mengumpulkan bukti visual dari lapangan dan regional, menjaga sikap profesional dalam kondisi krisis (netral), menghubungi tim pusat jika potensi masalah besar, hingga memberikan respons resmi secepatnya kurang dari dua jam berupa rilis.
Selain itu, kata Taufiq, penting pula untuk memberikan klarifikasi berita hoaks dan menjaga konsistensi narasi di berbagai kanal komunikasi, menyampaikan empati dan solusi, serta melibatkan media lokal atau influencer untuk mengamplifikasi pesan. “Jika memang diperlukan, koordinasi dengan aparat atau kepolisian, disertai pembaruan informasi berkala kepada pusat dan dokumentasikan setiap perkembangannya progresnya,” pesannya.
Manfaatkan Riset Melalui “Big Data”
Sementara Imam dalam sesinya menjabarkan alasan penting pendekatan berbasis riset dalam setiap strategi komunikasi, terutama ketika menjalankan komunikasi krisis. Sebab, tegasnya, PR bukan corong publisitas, tetapi proses manajerial sistematis yang berperan menjaga kepercayaan publik. “Tanpa riset, komunikasi akan kehilangan arah dan kepekaan terhadap dinamika krisis,” ujarnya.
Pandangan Imam tersebut sejalan dengan penelitian bertajuk Strategi Komunikasi Krisis Pemerintah Menggunakan Big Data Pada Media Sosial (2022) karya Muhammad Zulkarnain Lubis dan B. Herawan Hayadi. Disebutkan bahwa salah satu manfaat penggunaan sistem big data adalah organisasi dapat memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan transparansi dan partisipasi semua pemangku kepentingan. “Pemanfaatan data secara tepat dan efektif memungkinkan pengambilan keputusan dan menyusun narasi dapat lebih akurat dan strategis,” tulis penelitian tersebut. (EDA)