Prof. Cho Sook Kyong menegaskan bahwa komunikasi sains sudah harus menjadi kebutuhan mendasar dalam menjembatani kesenjangan antara ahli dan masyarakat di era kecerdasan buatan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Universitas Indonesia (UI) melalui Direktorat Internasionalisasi Pendidikan menggelar kuliah tamu bertajuk Sains, Budaya, dan Komunikasi Sains untuk Masyarakat AI dengan menghadirkan Former President PCST Global Network for Science Communication Prof. Cho Sook Kyong pada Rabu (8/10/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Cho membawakan materi yang menekankan pentingnya komunikasi sains. Menurutnya, di era kekinian komunikasi sains bukan lagi sekadar pilihan mengingat dampak besar yang bisa ia ciptakan. “Komunikasi sains memungkinkan untuk menjembatani kesenjangan antara ahli dan warga,” ujarnya dilansir ANTARA News, Sabtu (11/10/2025).
Dalam konteks Indonesia, pandangan Prof. Cho sejalan dengan hasil penelitian berjudul Peran Komunikasi Sains di Media Sosial pada Masa Pandemi Covid-19 (2023) karya Shiddiq Sugiono. Dijelaskan bahwa komunikasi sains berperan penting dalam membentuk kebiasaan masyarakat untuk menggunakan dasar ilmiah sebelum bertindak. Penelitian tersebut juga menyimpulkan, fenomena misinformasi dan disinformasi menegaskan peran vital komunikasi sains dalam menjaga kepercayaan dan literasi publik terhadap ilmu pengetahuan.
Kembali kepada Prof. Cho, dalam kuliah umum tersebut ia turut menyoroti pelbagai tantangan yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sebagai salah satu alasan penting penguatan komunikasi sains. Termasuk di dalamnya soal konsumsi energi, disinformasi, dan kepercayaan publik.
Adapun dalam mengimplementasi komunikasi sains, tegas Prof. Cho, perlu mempertimbangkan konteks budaya. Sebab, katanya, nilai-nilai sosial, norma sosial dan cara pandang masyarakat terhadap ilmu pengetahuan sangat dipengaruhi oleh tradisi, kepercayaan, serta struktur sosial yang beragam. “Meskipun produksi dan pemahaman sains dalam komunikasi ilmiah bersifat global, tetapi cara sains dikomunikasikan dan dipahami harus disesuaikan dengan karakter budaya setiap wilayah,” ucapnya.
Membangun Komunikator dan Inovator
Kuliah tamu yang menghadirkan Prof. Cho merupakan bagian dari upaya UI dalam memperluas wawasan sivitas akademika mengenai relasi antara perkembangan sains dan budaya di era kecerdasan buatan. Lewat kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi sains dalam mendorong pemanfaatan hasil riset bagi masyarakat luas.
Kepala Subdit Operasional Program Kelas Internasional dan Mobilitas UI Alfrida Esther Madame Hutapea berharap, setelah mengikuti kegiatan mahasiswa tidak hanya menjadi penggunai AI yang cerdas, tetapi juga menjadi komunikator yang bijaksana dan inovator yang bertanggung jawab. “Kita sebagai komunikator dan inovator berperan penting dalam membentuk masyarakat yang lebih baik dan lebih berpusat pada manusia melalui sains dan teknologi,” tutupnya. (EDA)