Menyoroti Dinamika Komunikasi Dakwah Islam di Indonesia
PRINDONESIA.CO | Rabu, 25/06/2025
Menyoroti Dinamika Komunikasi Dakwah Islam di Indonesia
Guru Besar Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Pontianak Prof. Dr. Ibrahim dalam diskusi dosen
doc/rri

PONTIANAK, PRINDONESIA.CO - Belum lama ini, program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menggelar diskusi dosen dengan menghadirkan Guru Besar Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Pontianak Prof. Dr. Ibrahim. Dalam kesempatan tersebut, Ibrahim menyoroti mengenai dinamika, peluang, dan tantangan komunikasi dakwah Islam di tanah air seiring perubahan zaman.

Dalam materinya bertajuk Dinamika Komunikasi Islam-Indonesia, Ibrahim menjelaskan, peta komunikasi dakwah di Indonesia sejatinya terbagi ke dalam tiga fase evolusi. “Pertama adalah fase komunikasi dakwah tradisional-konvensional yang sifatnya sederhana melalui  tatap muka lewat ceramah, pengajian di surau, masjid, pondok pesantren serta adanya pemanfaatan seni budaya lokal,” ujarnya terlansir dalam RRI.co.id, Jumat (20/6/2025).

Sementara fase kedua, lanjutnya, adalah komunikasi dakwah konvensional-modern yang ditandai dengan pemanfaatan media massa sebagai medium syiar. Sedangkan fase ketiga adalah komunikasi dakwah modern. Titik baliknya adalah pemanfaatan platform digital dan media sosial secara masif.

Dalam konteks komunikasi dakwah modern, Ibrahim berpandangan, era digital sejatinya telah membuka berbagai peluang besar bagi komunikasi Islam. “Ketersediaan multi-platform media komunikasi digital dapat dimanfaatkan untuk optimalisasi syiar Islam menyasar kepada generasi milenial, gen Z dan gen alfa,” ungkapnya.

Tantangan dan Siasat

Kendati demikian, ia menegaskan, ada sederet tantangan terkait kesenjangan akses digital dan informasi di sisi lain peluang bagi komunikasi islam. Belum lagi bicara kerentanan terhadap kontaminasi informasi negatif seperti provokasi dan hoaks.

Namun, imbuhnya, para komunikator Islam sejatinya dapat menyiasati pelbagai persoalan tersebut dengan satu kunci penting. “Yakni nilai-nilai etika keagamaan dan sosial budaya yang dapat menjadi tameng menghadapi kompleksitas komunikasi,” ucapnya.

Lebih lanjut, Ibrahim turut mendorong adanya peningkatan kemampuan beradaptasi di kalangan komunikator Islam, agar dakwah dapat mengambil peran lebih dalam memengaruhi dan mewarnai ruang digital. “Agar bisa memberikan dampak positif dan kemaslahatan, baik bagi nilai-nilai keagamaan (Islam) maupun bagi kebudayaan komunikasi lokal,” tandasnya. (eda)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI