Komunikasi ESG Efektif Harus Berlandaskan Data, Transparansi, dan Pengukuran
PRINDONESIA.CO | Jumat, 20/06/2025
Komunikasi ESG Efektif Harus Berlandaskan Data, Transparansi, dan Pengukuran
Ketua Indonesia ESG Professional Associations (IEPA) Herry Ginanjar di workshop ESG & DEI rangkaian IDEAS 2025, Rabu (18/6/2025) di Jakarta.
doc: PRINDONESIA.CO

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Di tengah meningkatnya tuntutan akan praktik bisnis yang berkelanjutan, strategi komunikasi Environmental, Social, and Governance (ESG) yang efektif pun menjadi kian krusial. Dalam konteks ini, menurut Ketua Indonesia ESG Professional Associations (IEPA) Herry Ginanjar, ada beberapa resep yang bisa diterapkan. 

Dipaparkannya dalam workshop IDEAS 2025 yang berlangsung di Jakarta, Rabu (17/6/2025), Herry mengatakan, resep tersebut adalah program yang berlandaskan data, transparan, dan terukur. 

Kepada para praktisi humas yang menjadi peserta ia menekankan, langkah pertama yang perlu dipastikan sebelum menggodok program dan mengomunikasikan inisiatif ESG adalah menganalisis situasi. “Bisa menggunakan pendekatan double materiality matrix untuk memetakan isu-isu ESG yang paling relevan bagi perusahaan sekaligus pemangku kepentingan,” ucapnya. 

Pendekatan tersebut, jelasnya, akan menuntut perusahaan untuk melihat isu yang berdampak pada kinerja keuangan perusahaan (financial materiality), dan terkait operasi perusahaan yang memberi dampak signifikan pada lingkungan serta masyarakat (impact materiality). “Hasil analisis inilah yang menjadi kompas penentu prioritas program ESG,” lanjutnya.

Baru setelah peta jalan tersusun, terang Herry, praktisi humas bisa mulai menerjemahkan data dan program menjadi narasi yang menggugah. Ia menilai penting narasi karena dapat memastikan pemahaman dari berbagai pemangku kepentingan. "Setiap pemangku kepentingan melihat ESG dari sudut pandang berbeda. Di sini perlunya storytelling berbasis data yang mampu merangkai seluruh aspek tersebut secara utuh," tegasnya. 

Untuk memastikan program komunikasi berjalan efektif, Herry juga menekankan pentingnya pengukuran yang komprehensif. Untuk itu ia menyarankan penggunaan kerangka AMEC karena lebih cocok untuk komunikasi ESG dibandingkan Theory of Change yang lazimnya digunakan untuk program sosial.

Menghindari Jebakan “Greenwashing”

Penasihat Senior Green Network Asia itu juga mengingatkan praktisi humas untuk berhati-hati dalam mengomunikasikan inisiatif ESG perusahaan, agar tidak terjebak dalam praktik greenwashing atau klaim yang berlebihan. Transparansi data dalam komunikasi ESG, katanya, adalah harga mati. “Komunikasi yang hanya terdengar "manusiawi" tanpa didukung data spesifik akan mudah dianggap sebagai pencitraan semata,” pesannya. 

Menutup sesinya, Herry menegaskan, di era sekarang masyarakat punya akses tak terbatas untuk memeriksa kebenaran. Oleh karena itu, transparansi data yang aktual dan faktual bukan lagi pilihan, melainkan satu-satunya jalan untuk membangun kepercayaan yang otentik dan berkelanjutan. (ARF)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI