Lima Panduan Pemanfaatan Teknologi AI
PRINDONESIA.CO | Rabu, 01/11/2023
Lima Panduan Pemanfaatan Teknologi AI
Lima prinsip yang harus diperhatikan PR sebelum memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI).
Foto Freepik

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Berdasarkan laporan dari Chartered Institute of Public Relations (CIPR) pada tahun 2021 berjudul AI and Big Data Readiness Report - Mengevaluasi Kesiapan Profesi Public Relations untuk Masa Depan AI, yang dikutip dari Majalah PR INDONESIA Edisi 99/Juni 2023, diketahui sekitar 30% responden yang merupakan praktisi public relations (PR) sudah akrab dengan teknologi AI. Bahkan, 80% responden sudah memanfaatkan AI untuk melakukan pemantauan media. 

Ya, keberadaan kecerdasan buatan memang telah membuat pekerjaan praktisi PR menjadi lebih efektif dan efisien. Teknologi ini juga sudah digunakan oleh para agensi PR untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas layanan, dan hasil pekerjaan yang lebih akurat serta optimal kepada para klien.

Karena hal itu pula, Vero, perusahaan konsultasi komunikasi yang beroperasi di Asia Tenggara, pada 18 Oktober 2023, resmi menghadirkan Rover. Rover adalah agensi PR berbasis kecerdasan buatan pertama di industri komunikasi. Menurut Hong Phuc Ngo, founding dari Rover yang juga merupakan Vice President Vero, melalui siaran pers yang diterima PR INDONESIA, 25 Oktober 2023, Rover akan berperan sebagai inkubator untuk kampanye brand, dan membantu proses kerja untuk klien-klien baru maupun yang sudah ada dengan menggunakan teknologi AI.

Meski demikian, mereka meyakini tiap teknologi bagaikan pedang bermata dua. Untuk itu, dalam menjalankannya, Rover berkomitmen memberikan hasil kerja yang disempurnakan oleh AI secara aman dan sesuai aturan dengan mengedepankan lima prinsip. 

Berikut adalah lima prinsip dasar yang dianut Rover, yang bisa dijadikan panduan bagi para pelaku PR, khususnya agensi PR, dalam menjalankan teknologi AI. Di antaranya: 
1.    Praktik AI yang Etis  
Berkomitmen untuk menggunakan AI secara etis dalam kegiatan PR dan komunikasi. Dengan cara menghormati standar privasi data dan persetujuan, serta memantau perkembangan penyedia perangkat AI secara berkala guna memastikan keselarasan dan meminimalisasi risiko bias.

2.    Transparansi  
Menjaga keterbukaan dalam penggunaan AI kepada klien maupun masyarakat.

3.    Verifikasi Konten  
Memastikan bahwa semua konten yang dihasilkan oleh AI sesuai dengan fakta. Lalu, konten tersebut telah diverifikasi dengan informasi yang akurat.

4.    Kepatuhan Regulasi  
Tetap mengikuti perkembangan regulasi dan persyaratan kepatuhan yang terkait dengan AI. Terutama, informasi yang menyangkut privasi data.

5.    Kemitraan dan Kolaborasi  
Menjajaki kemitraan dengan penyedia teknologi AI, akademisi, thought leaders, dan organisasi nirlaba. Langkah ini dinilai efektif untuk memanfaatkan potensi AI dalam meningkatkan upaya PR dan komunikasi. (jar)
 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI