Peran PR di Era Tatanan Normal Baru
PRINDONESIA.CO | Selasa, 23/06/2020 | 1.661
Peran PR di Era Tatanan Normal Baru
Dalam menyusun strategi komunikasi di era tatanan normal baru, PR harus memerhatikan perubahan dan kondisi masyarakat saat ini.
Dok. Istimewa

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Ini sejalan dengan pernyataan sejarawan Israel Yuval Noah Harari yang dikutip dari Time, "Pertahanan terbaik manusia terhadap patogen bukanlah isolasi, melainkan informasi."

Menurut Pranata Humas Kementerian Perdagangan (Kemendag) Imam Suryanto, PR berperan mulai dari menyusun strategi komunikasi yang mengedepankan protokol kesehatan, menjalankan program komunikasi publik, hingga menjaga citra positif instansi/korporasi masing-masing.  
 
Dalam menyusun strategi komunikasi itu, menurut Imam,  praktisi PR harus memerhatikan perubahan dan kondisi masyarakat saat ini. “Seperti yang kita ketahui, pandemi membawa masyarakat ke dalam kondisi VUCA. Yakni, volatility (anomali), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kerumitan), serta ambiguity (ketidakjelasan)," katanya di acara diskusi virtual yang diselenggarakan oleh BEM P Humas UNJ bertema "Public Relations in Pancemic and New Normal Era", Sabtu (20/6/2020). 

Pria kelahiran Jakarta tahun 1991 ini melanjutkan, kondisi tersebut berdampak pada perubahan perilaku konsumen, atau kita kenal dengan The 4 Consumer Megashifts. Pandemi telah mengubah gaya hidup masyarakat yang tadinya aktif melakukan aktivitas di luar menjadi lebih banyak beraktivitas di rumah. Untuk menghindari kontak fisik mereka juga lebih banyak berinteraksi secara virtual, salah satunya menggunakan media digital. 

Selain itu, pandemi telah mendorong empati dan solidaritas yang lebih tinggi. Serta, terjadinya pergeseran dari kebutuhan aktualisasi diri menjadi pemenuhan kebutuhan pokok, seperti makanan dan kesehatan.

ABCDEF
Untuk itu, dalam menyusun strategi komunikasi di era normal yang baru, Icon PR INDONESIA 2018  2019 ini menekankan pentingnya PR menerapkan konsep ABCDEF. Antara lain, agile (lincah), balance (seimbang), collaborative (kolaborasi), deliverable (informasi disampaikan dengan cara yang tepat), empathy (menjunjung tinggi empati), serta fair (informasi disampaikan secara jelas, jujur, dan terbuka). 

Sementara agar tetap lincah merespons dan beradaptasi dengan banyaknya perubahan, founder dan CEO Bright Up Indonesia itu mendorong PR untuk selalu meningkatkan kompetensi. Mulai dari kemampuan bercerita, menguasai media sosial, pembaharuan teknologi informasi, riset dan menulis, manajemen waktu, berpikir kreatif, hingga kolaborasi. (ais)
 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI