Tantangan Mengomunikasikan Perubahan Iklim di Tengah Minimnya Kesadaran Masyarakat
PRINDONESIA.CO | Kamis, 18/06/2020 | 3.000
Tantangan Mengomunikasikan Perubahan Iklim di Tengah Minimnya Kesadaran Masyarakat
Bangun kesadaran masyarakat tentang bahaya perubahan iklim harus disertai aksi partisipatif.
Dok. Istimewa

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Berdasarkan data YouGov-Cambridge Globalism Project tercatat 18 persen masyarakat Indonesia ragu bahwa perubahan iklim dikarenakan oleh faktor manusia. “Ini bahaya. Sebab, keraguan menjadi salah satu faktor kesadaran akan perubahan menjadi minim,” kata Yenrizal, peneliti komunikasi lingkungan FISIP UIN Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, di acara diskusi bertema “Climate Communication  Forum #5: Darurat Komunikasi Isu Perubahan Iklim, Pembangunan dan Lingkungan” yang diselenggarakan oleh CPROCOM secara virtual, Kamis (18/6/2020).  “Kita tidak sadar bahwa masalah sesungguhnya sebenarnya bersumber dari kita,” imbuhnya.

Yenrizal lantas mengurai sumbangan Indonesia terhadap perubahan iklim. Antara lain, energi fosil seperti minya bumi dan batubara, emisi gas buang, pertanian dan peternakan, industri, hingga deforestasi.

Merujuk pada fakta itu, menurutnya, masyarakat desa salah satu stakeholder yang harus ditingkatkan pemahamannnya. Ini dikarenakan desa selain sebagai salah satu penyebab perubahan iklim, tapi juga terdampak. Alih fungsi lahan, kebakaran hutan, sistem pertanian, terjadi di sini. “Sayangnya, selama ini desa hanya dituntut paham, tapi minim fasilitasi. Seharusnya, kita mendorong dan mendukung mereka melakukan modernisasi pertanian yang ramah lingkungan,” katanya.

Tantangan selanjutnya, 90 persen warga desa, khususnya di Sumatera Selatan, tidak paham dengan istilah perubahan iklim. Yang mereka ketahui adalah musim tanam makin tidak karuan, cuaca makin panas, kekeringan dan banjir makin sering terjadi. “Diksi perubahan iklim perlu bahasa tersendiri agar mudah dipahami,” ujarnya.  

Menurutnya, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memperbarui local wisdom sesuai konteks kekinian dengan tetap memunculkan nilai-nilai luhur kearifan lokal yang bermanfaat bagi warga desa. Langkah ini harus diperkuat dengan dukungan fasilitas dan teknologi terapan ramah lingkungan. Adapun kampanyenya disampaikan dalam bentuk aksi yang sifatnya langsung dengan menggunakan istilah yang lebih membumi.  

Untuk menyiasati hal tersebut, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes) melakukan sepuluh langkah strategi komunikasi. Agus Kuncoro, Direktur Peningkatan Sarana dan Prasarana Kemendes, menyebut beberapa di antaranya. Seperti, perlu adanya  penilaian, perencanaan produksi, aksi dan refleksi. “Untuk memunculkan komunikasi lingkungan baik itu perlu diawali dengan analisis, pengembangan strategi komunikasi dan pesan, hingga penyebarannya melalui berbagai saluran media komunikasi,” ujarnya.

 

Partisipasi

Menurut Suzy Hutomo Executive Chairwoman The Body Shop Indonesia melakukan aksi kampanye untuk meningkatkan kesadaran publik harus dilakukan dengan cara yang seru, berkesan dan menginspirasi. Selain itu, beri mereka insentif. Contoh, The Body Shop memberi poin setiap kali mereka mengembalikan botol bekas pakai. 

Upaya mengajak partisipasi masyarakat juga dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Antara lain, dengan mengadakan program Kampung Iklim, Sampah Tanggung Jawab Bersama (Samsata), dan Bank Sampah, Sekolah Adiwiyata. “Tak kalah penting, kami dari pemda juga juga harus memberikan contoh,” ujar Agung Pujo Winarko, Kabid Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Cara yang sudah dilakukan adalah melakukan pengurangan dan pemilahan sampah di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. (rtn)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI