Dicari PR yang Kompeten
PRINDONESIA.CO | Kamis, 20/02/2020 | 1.811
Dicari PR yang Kompeten
Untuk dapat menjadi praktisi public relations (PR) yang andal dan mampu berkompetisi di masanya nanti, perlu didukung tiga kunci utama. Yakni, attitude, knowledge, dan skill.
Dok. Istimewa

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Begitulah menurut founder and CEO Piar Consulting Lolo Sianipar saat mengisi acara talk show bertema “Public Relations: The Rising Star Industry” di hadapan ratusan mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Bakrie di Jakarta, pertengahan tahun 2018. Kondisi ini menuntut generasi millennial untuk pintar memilah informasi yang baik dan benar sebelum disampaikan kepada publik. Serta, pandai menganalisa data yang didapat. “Dulu, riset paling mudah dilakukan dengan membaca koran atau majalah. Kita tidak perlu memilah karena media sudah menyaring informasinya untuk kemudian menjadi berita yang baik dan benar,” katanya.     

Untuk dapat menjadi praktisi public relations (PR) yang andal dan mampu berkompetisi di masanya nanti, ia lantas mengimbau mahasiswa agar mempersiapkan visi sedini mungkin dan mulai melakukan investasi sosial yang mengarah pada pencapaian visi tersebut. Untuk mencapai visi itu perlu didukung tiga kunci utama. Yakni, attitude, knowledge, dan skill.

Knowledge adalah pengetahuan yang bisa dihimpun dari banyak membaca. Attitude berkaitan dengan perilaku mau belajar, berusaha, dan menghormati senior. Sedangkan skill adalah kompetensi yang terasah berkat pengalaman. “Jangan merasa hebat hanya karena sudah berpengalaman beberapa kali menyelenggarakan event atau melakukan presentasi. Masih banyak yang harus dipelajari,” katanya.

Komponen lain yang tak kalah penting adalah kemampuan membangun dan memelihara jejaring, pemahaman dasar membuat proposal, dan kemampuan menulis. “Secanggih apapun teknologi, PR is all about trust based. Soft skill berkomunikasi dan berjejaring masih menjadi kompetensi utama yang harus dimiliki PR,” imbuhnya.

Chikita Rosemarie, COO Epitome Digital PR, berpandangan sama. Namun, ia menekankan, seorang PR memang tidak perlu menjadi ahli teknologi informasi. Tapi dia harus tahu cara membaca dan memaknai data. “Kita tidak pernah tahu tren teknologi ke depan seperti apa dan seberapa besar signifikansinya. Tapi setidaknya, kita tahu perkembangan informasi dan cara menggunakannya,” ujarnya.

Adapun kompetensi PR yang diperlukan saat ini, menurut Chikita, antara lain memahami konteks sosial, budaya pop, dan teknologi yang sedang berkembang, cara menggunakan teknologi terbaru, perangkat dan metode riset dan monitoring terkini, kreatif, bekerja dengan hati, antusias, dan sesuai kode etik, mampu membangun jejaring, dan selalu up-to-date.  

 

Kerja Sama

Faktanya, Ilmu komunikasi menjadi program studi dengan peminat paling tinggi di banyak perguruan tinggi. Di Universitas Padjadjaran, misalnya, pada tahun 2017 tercatat ada lebih dari tujuh  ribu peminat Jurusan Ilmu Komunikasi. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang Manajemen, Hukum dan Teknik Informatika. Tapi, pelaku industri PR kesulitan mencari sarjana Ilmu Komunikasi yang baru lulus dan siap kerja.

Untuk itu, dukungan praktisi sangat diperlukan, khususnya dalam hal meninjau ulang kurikulum. Sehingga, yang dipelajari di bangku kuliah relevan dengan perkembangan dan kebutuhan industri. (rtn)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI