Etika dan Kemanusiaan, Hal Penting yang Harus Dipegang Praktisi PR di Era AI
PRINDONESIA.CO | Selasa, 11/11/2025
Etika dan Kemanusiaan, Hal Penting yang Harus Dipegang Praktisi PR di Era AI
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Adhianty Nurjanah dan CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan dalam kuliah umum Public Relations 5.0: Antara Otomatisasi, Etika, dan Reputasi di Amphiteater Gedung Ibrahim UMY, Senin (10/11/2025).
doc/UMY

YOGYAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kecerdasan buatan (artficial inteligence/AI) telah menjadi bagian integral dari proses kerja praktisi public relations (PR). Meski demikian, penting bagi praktisi PR untuk memegang teguh etika dan mempertahankan sisi kemanusiaan dalam penggunaannya. Hal tersebut ditegaskan oleh Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Adhianty Nurjanah.

Adhianty menerangkan, kemajuan AI memang membawa perubahan besar dalam dunia komunikasi. Namun, di tengah arus otomatisasi, menjaga nilai kemanusiaan dan integritas etika justru menjadi tantangan utama. “Bagaimanapun, AI hanyalah alat bantu. Kita tetap harus memiliki sisi humanisme, empati, dan moral ketika menggunakannya. Praktisi kehumasan itu bukan robot,” ujarnya dalam kuliah umum Public Relations 5.0: Antara Otomatisasi, Etika, dan Reputasi di Amphiteater Gedung Ibrahim UMY, Senin (10/11/2025).

Lebih lanjut Adhianty mengatakan, komunikasi adalah proses yang sarat makna, tanggung jawab, dan kesadaran moral terhadap dampaknya bagi manusia lain. Oleh karena itu, penerapan AI dalam dunia komunikasi harus disertai dengan human oversight atau pengawasan manusia demi memastikan setiap pesan, data, dan konten berpijak pada kebenaran, transparansi, serta penghormatan terhadap privasi publik.

AI Sebagai Pendukung Bukan Pemegang Kendali

Dalam kesempatan yang sama, CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan menilai, perdebatan soal perlu atau tidaknya AI dalam dunia komunikasi sudah tidak relevan lagi. Dalam konteks ini, menurutnya, AI bukan ancaman tetapi alat strategis yang harus dimanfaatkan secara bijak dalam kerja komunikasi. “AI itu hanyalah alat. Yang menentukan arah dan maknanya tetap manusia,” tegasnya.

Asmono juga menekankan bahwa setiap aktivitas komunikasi harus memiliki arah dan tujuan yang jelas. Tanpa fondasi nilai dan tujuan yang kuat pesan komunikasi hanya akan menjadi sampah digital yang bertebaran tanpa makna. Dalam konteks ini, katanya, AI hadir sebagai katalis yang mempercepat riset, mengembangkan ide, dan mengoptimalkan strategi komunikasi selama digunakan dengan nalar dan berlandaskan integritas etika.

Baik Adhianty maupun Asmono sepakat bahwa teknologi hanyalah pelengkap. Sementara kunci keberhasilan komunikasi tetap akan terletak pada kemampuan manusia sebagai penggerak dan pengelola pesan yang penuh empati, moralitas, dan kesadaran sosial.  “AI boleh membantu pekerjaan kita, tapi jangan sampai menggantikan empati kita sebagai manusia. Karena komunikasi yang benar adalah komunikasi yang tetap manusiawi,” pungkas Adhianty. (EDA)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI