Memahami Komunikasi Asertif, Tentang Bagaimana Pesan Disampaikan
PRINDONESIA.CO | Rabu, 17/09/2025
Memahami Komunikasi Asertif, Tentang Bagaimana Pesan Disampaikan
Ilustrasi praktik komunikasi asertif
doc/alodokter

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Dalam dunia public relations (PR) dan pelayanan publik, komunikasi asertif menjadi kunci untuk membangun kepercayaan. Kemampuan untuk menyampaikan pesan secara tegas dan jujur, namun tetap empatik, dinilai mampu menjembatani kesenjangan antara lembaga dan publik, serta memastikan komitmen transparansi benar-benar dirasakan oleh masyarakat.

Hal ini disampaikan anggota Ombudsman Republik Indonesia (RI), Robert Na Endi Jaweng, dalam kunjungan kerjanya ke salah satu rumah sakit di Pangkalpinang pada Selasa (9/9/2025). Kualitas pelayanan publik tidak hanya diukur dari kompetensi teknis, tetapi juga dari cara pesan disampaikan.

Menurut Robert, masyarakat kini menuntut lebih. Mereka tidak hanya ingin tahu apa yang dikatakan, tetapi juga bagaimana hal itu dikatakan. Di sinilah komunikasi asertif memegang peran vital. “Komunikasi asertif dibutuhkan agar komitmen pelayanan yang transparan dan akuntabel benar-benar dirasakan langsung oleh masyarakat,” ujar Robert, seperti dilansir dari laman resmi Ombudsman RI, Sabtu (13/9/2025).

Konsep komunikasi asertif, seperti yang dipopulerkan oleh Robert E. Alberti dan Michael L. Emmons dalam buku klasik mereka Your Perfect Right (1970), adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat, kebutuhan, dan perasaan secara jelas, jujur, dan langsung, dengan tetap menghargai hak serta perasaan orang lain. Dalam konteks pelayanan publik, ini berarti petugas mampu menjelaskan sebuah kebijakan dengan bahasa yang tegas tetapi tetap humanis, sehingga publik merasa dipahami.

Manfaat Nyata di Lingkungan Profesional

Bagi praktisi PR, komunikasi asertif menjadi alat strategis. Gaya komunikasi ini terlihat saat seorang PR memberikan klarifikasi kepada media, membangun narasi perusahaan yang transparan, atau merespons kritik publik secara konstruktif tanpa bersikap defensif.

Sosiolog dan pengamat komunikasi politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrun, menyatakan bahwa gaya komunikasi ini penting untuk menjaga hubungan yang harmonis. “Setiap orang perlu mengadopsi gaya komunikasi asertif untuk menjaga hubungan harmonis dan mengurangi kesalahpahaman atau konflik antara komunikator dengan audiens,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Kamis (14/8/2025).

Pandangan Ubedillah selaras dengan berbagai riset di bidang komunikasi organisasi. Seperti dalam Peran Komunikasi Asertif dalam Hubungan Kerja yang Positif dan Produktif (2024), karya April Laksana dkk., studi menunjukkan bahwa individu yang berkomunikasi secara asertif cenderung lebih bijaksana dalam melihat sebuah masalah dari berbagai sudut pandang. "Penerapan komunikasi asertif yang baik terbukti dapat mengurangi konflik, membantu tercapainya tujuan dalam situasi sulit, serta meningkatkan produktivitas tim secara keseluruha," tulis penelitian tersebut. (EDA)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI