">
Penjurian Insan PR PRIA 2026: Kolaborasi "Media Relations" demi Reputasi
PRINDONESIA.CO | Kamis, 18/12/2025
Penjurian Insan PR PRIA 2026: Kolaborasi
Manajer Humas KAI Commuter Leza Arlan (kiri) di Penjurian Insan PR PRIA 2026 secara daring, Rabu (17/12/2025).
doc/HUMAS INDONESIA

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Praktik media relations dalam kacamata praktisi public relations (PR)/humas hari ini mengalami perkembangan. Hal tersebut tergambarkan dalam penjurian PR INDONESIA Awards (PRIA) 2026 kategori Insan PR hari pertama, Rabu (17/12/2025).

Di hadapan dewan juri yang terdiri dari CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan, CEO Prominent PR Ika Sastrosoebroto, dan Director Corporate Affairs & Sustainability Nestle Indonesia Sufintri Rahayu, enam praktisi PR/humas dari berbagai organisasi menjelaskan perspektifnya terkait media relations

Manager Humas KAI Daop 6 Yoykarta Feni Novida Saragih misalnya, menjelaskan bahwa di organisasi tempatnya bekerja makna media dalam ruang digital hari ini mengalami redefinisi. Dalam hal ini, apa yang disebut media bukan hanya mereka dari arus utama, tetapi juga new media yang berbasis di media sosial. “Berkaca dari isu tumbler hilang yang sempat ramai, mengingatkan bahwa new media justru bisa lebih berdampak dibandingkan media massa arus utama,” ujarnya. 

Pendekatan yang sama juga digiatkan oleh Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta saat menghadapi krisis reputasi mendadak seperti pada kasus seorang mahasiswa UNISA meninggal akibat kecelakaan lalu lintas yang kemudian dikaitkan dengan isu klitih di Yogyakarta. Kepala Biro Humas UNISA Yogyakarta Sinta Maharani mengatakan, deteksi dini pada akun informasi informal seperti new media sangat membantu mitigasi krisis. "Kami segera memverifikasi informasi tersebut. Lalu kami mengeluarkan pernyataan resmi, berkoordinasi dengan akun medsos terkait untuk diunggah. Sebagai pemulihan reputasi, karena kampus UNISA ada di sebelah Ring Road Barat Yogyakarta, kami juga membuat kampanye bertema keselamatan lalu lintas," tuturnya.

Dalam cakupan yang berbeda, Universitas Budi Luhur menerapkan pola serupa melalui kerja sama aktif bersama para influencer dan komunitas digital. Dijelaskan oleh Kasubdit Humas Budi Luhur Anastasya Putri, pihaknya membangun tabungan kepercayaan pada level grassroot untuk memperkuat basis dukungan publik sebelum isu negatif muncul. "Seperti bagaimana Universitas Budi Luhur ikut mengaktivasi komunitas Jakarta Osoji Club. Kepedulian kampus dengan lingkungan dan permasalahan sampah di Kota Jakarta memperkuat reputasi institusi pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai generasi hari ini," ungkap Anastasya.

Benteng Narasi di Ruang Digital

Selain "menyerang" lewat kolaborasi, mekanisme pertahanan terbaik saat krisis melanda adalah mendominasi algoritma internet melalui narasi positif secara masif. KAI Pusat membuktikan efektivitas taktik ini lewat produksi ribuan siaran pers guna menjaga tingkat efektivitas publikasi. Specialist of Media Reporting PT KAI Syiha Budin Baharsyah menyebut, volume konten masif berfungsi sebagai perisai pelindung reputasi perusahaan. "Terlihat dalam jejak kinerja media relations KAI Januari-Oktober 2025 telah menghasilkan 5.404 siaran pers dengan sentimen positif mencapai 80 persen," sebut Syiha.  

Sementara itu, KAI Commuter memperkuat benteng pertahanan melalui sistem deteksi dini untuk segera mengisi ruang informasi saat terjadi gangguan operasional. Manajer Humas KAI Commuter Leza Arlan menekankan pentingnya respons cepat guna mencegah perkembangan spekulasi liar. "Tiap ada pertanyaan atau kabar simpang-siur terkait keamanan dan kenyamanan konsumen, informasi akurat segera disebarkan agar publik mendapatkan kepastian langsung dari sumber resmi. Tiap detik berharga bagi reputasi perusahaan," ucapnya.

Tak jauh berbeda, PT Nindya Karya justru menginstitusionalkan strategi ini melalui pola terstruktur yang disebut Prosedur Konsultasi Publik. Vice President Corporate Communication & CSR PT Nindya Karya Sugeng Febry H. menjelaskan, jika ada berita bersentimen negatif, perusahaan akan membuat rilisan pers untuk diberikan kepada media massa yang sesuai. Kemudian, perusahaan akan memberikan arahan kepada proyek terlibat untuk melakukan perbaikan atau tindak lanjut dari pemberitaan negatif. "Keberhasilan produksi kontra-narasi melalui berbagai kanal publikasi berdampak pada kemajuan proyek. Upaya tersebut bertujuan mengembalikan persepsi publik ke jalur positif saat muncul isu miring terkait pekerjaan lapangan," kata Sugeng.

Sinergi antara manajemen media informal dan konsistensi produksi konten adalah kunci imunitas reputasi saat ini. Oleh karena itu, praktisi PR/humas wajib memahami cara kerja algoritma agar pesan organisasi tetap relevan serta dominan. Dengan kata lain, dalam konteks kekinian keberhasilan menjaga citra sangat bergantung pada kemampuan mengelola percakapan di setiap lapisan kanal digital. (Arfrian R.)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI