Belajar dari kasus CEO perusahaan global di konser Coldplay, praktisi PR dapat menerapkan lima langkah komunikasi ini untuk mengelola krisis agar tidak meruntuhkan citra dan reputasi perusahaan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Beberapa waktu lalu media sosial dihebohkan oleh rekaman kemesraan seorang CEO sebuah perusahaan global dengan perempuan yang bukan istrinya saat menonton konser Coldplay di Boston. Meski masalah ini sejatinya bergulir di ranah pribadi, tetapi pada kenyataannya citra dan reputasi perusahaan yang dipimpin sang CEO turut terkena imbas.
Kasus tersebut seakan menegaskan betapa pentingnya kesiapan tim public relations (PR) dalam menghadapi segala potensi krisis, termasuk dari sikap dan perbuatan pemimpin perusahaan di luar ranah profesional. Belajar dari kasus sang CEO di atas, praktisi PR dapat mengelola krisis yang disebabkan oleh kesalahan pemimpin dengan menerapkan lima langkah strategis berikut. Melansir PR Daily, Kamis (25/7/2025), yuk, simak.
1. Manfaatkan “Golden Hour”
Momen setelah kesalahan sang pemimpin viral di media sosial adalah waktu yang sangat krusial. Menurut founder Reputation Architects Jon Goldberg, tersebut praktisi PR harus bisa mengamankan kendali narasi setidaknya dalam dua jam pertama setelah kejadian. Adapun untuk respons awal, kata Jon, tidak harus berisi klarifikasi penuh. Praktisi PR cukup menunjukkan bahwa perusahaan menyadari isu tersebut, sedang menyelidiki, dan berkomitmen penuh menjaga integritas serta nilai-nilai perusahaan.
2. Tegaskan Nilai dan Komitmen Perusahaan
Meskipun yang tersandung masalah adalah individu, perusahaan tetap punya tanggung jawab yang etis dan signifikan. Dalam hal ini praktisi PR harus tegas menyatakan bahwa tindakan tersebut bukan cerminan dari nilai perusahaan. Jika perlu, sampaikan bahwa perusahaan sedang meninjau langkah internal, dan mengambil keputusan berdasarkan prinsip integritas dan transparansi.
3. Perkuat Komunikasi Internal Sebelum Eksternal
Jangan biarkan karyawan sebagai stakeholder internal kebingungan. Praktisi PR perlu memastikan mereka mendapatkan informasi langsung dari manajemen, bukan dari rumor media sosial. Libatkan divisi human resources (HR) dan tim hukum dalam menyusun pesan yang jelas, empatik, dan menjamin bahwa krisis ini sedang ditangani dengan serius.
4. Terapkan Pola Komunikasi Terstruktur dan Konsisten
Gunakan pendekatan komunikasi terstruktur dan konsisten melalui komunikasi satu pintu agar tidak ada tumpang tindih narasi yang dapat memperkeruh suasana. Di sini praktisi PR harus mengatur siapa saja yang berhak bicara, pesan yang boleh disampaikan, dan melalui kanal apa.
5. Bangun Ulang Kepercayaan Lewat Aksi
Praktisi PR harus bersegera membangun kembali kepercayaan internal maupun eksternal. Salah satu caranya dengan memastikan adanya langkah perbaikan dalam etika budaya perusahaan, dan komunikasi aktif agar publik paham bahwa perusahaan tidak hanya diam.
Demikian lima langkah yang bisa dilakukan praktisi PR ketika sang CEO tersandung masalah. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! (eda).