Buku Humanoid Communication 2.0 Sorot Pentingnya Empati dalam Komunikasi Digital
PRINDONESIA.CO | Selasa, 22/07/2025
Buku Humanoid Communication 2.0 Sorot Pentingnya Empati dalam Komunikasi Digital
Dr. Husnita bersama Fakhrian Fadlia Adwijaya dan Maya Hermawati berfoto bersama Rektor Telkom University Prof. Dr. Suyanto
doc/detikJabar

BANDUNG PRINDONESIA.CO –  Praktisi telekomunikasi sekaligus akademisi Ilmu Komunikasi dari Telkom University Dr. Husnita baru saja meluncurkan buku anyar pada Jumat (18/7/2025). Diberi judul Humanoid Communication 2.0: Mengoptimalkan AI untuk Empati dan Pengalaman Pelanggan, buku yang digarap bersama dua akademisi dari Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung Fakhrian Fadlia Adiwijaya dan Maya Hermawati itu menyoroti pentingnya empati dalam praktik komunikasi digital hari ini.

Husnita menjelaskan, lewat buku ini dirinya ingin menegaskan pentingnya empati dalam komunikasi digital, terkhusus bagi sebuah perusahaan dalam kaitannya dengan kepercayaan pelanggan. “Alih-alih hanya mengandalkan algoritma, perusahaan perlu mengembangkan sistem yang mampu membaca kebutuhan emosional pelanggan,” ucapnya dikutip dari Detik.com, Minggu (20/7/2025).

Secara garis besar, buku setebal 125 halaman tersebut bukan jadi semacam bentuk antipati sang penulis terhadap perkembangan pemanfaatan kecerdasan buatan. Karya ini merupakan dorongan bagi praktisi komunikasi agar senantiasa menempatkan empati, keaslian, dan kepercayaan sebagai fondasi utama dalam berinteraksi maupun menyampaikan pesan sekalipun dilakukan lewat mesin.

Integrasi Kecerdasan Buatan dan Kecerdasan Manusia

Lebih detail, Husnita memaparkan, buku ini menawarkan pendekatan komunikasi digital yang mengintegrasikan penggunaaan AI dengan kecerdasan manusia. “Supaya pelaku bisnis dapat memikirkan cara-cara yang lebih manusiawi dalam melayani pelanggan atau audiens,” lanjutnya. 

Kehadiran buku Humanoid Communication 2.0 mendapat sambutan baik dari rektor Telkom University Prof. Dr. Suyanto. Menurutnya, buku tersebut merupakan bacaan penting di era sekarang. Sebab, di sana dijelaskan bahwa pada hakikatnya manusia tetap lebih kreatif dan lebih humanis dibanding mesin.

Meski mesin lebih unggul dalam akurasi dan kapasitas, kata Suyanto, aspek kreativitas, unsur kemanusiaan, emosi, dan konteks budaya hanya bisa dipenuhi oleh kecerdasan manusia. “Human dengan algoritma harus bersatu. Dengan itu perusahaan bisa merespons jutaan pelanggan dalam hitungan milidetik dengan tetap akurat dan personal,” ujarnya. (eda)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI