Hadirnya buku anyar ini dapat menjawab kebutuhan akan pendoman etika yang aplikatif dalam menghadapi tantangan komunikasi modern.
MEDAN, PRINDONESIA.CO - Buku berjudul Communication Ethics: Etika Komunikasi Modern di Era Digital (2025) hadir menjawab kebutuhan pedoman etika yang aplikatif di tengah tantangan komunikasi modern. Penulisnya adalah Desak Gede Chandra Widayanthi dan Cok Istri Agung Sri Wulandari, keduanya meraih gelar doktor pendidikan.
Buku ini, menurut Desak Gede, dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa, akademisi, dan masyarakat, agar dapat menjunjung tinggi nilai kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab dalam setiap tindakan komunikasi.
“Di tengah maraknya hoaks, disinformasi, hingga ujaran kebencian di media sosial, adanya buku ini dapat menjawab kebutuhan akan pedoman etika yang aplikatif dalam menghadapi tantangan komunikasi modern,” tutur Desak Gede, terlansir dari RRI.co.id, Selasa (24/6/2025).
Dalam buku ini, Desak Gede dan Cok Istri menekankan pemahaman etika dalam membangun komunikasi sehat dan profesional. Mereka menjelaskan bahwa pergeseran perilaku komunikasi masyarakat ke ruang digital memerlukan kesadaran baru dalam beretika.
"Setiap tindakan komunikasi harus mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan," tekan Desak Gede.
Karya ini, kata Cok Istri, menyajikan pendekatan aplikatif dan kontekstual, bukan hanya teori semata. "Buku ini memuat contoh kasus aktual yang relevan dengan kondisi masyarakat kiwari," ungkapnya.
Buku Communication Ethics berisi analisis kritis terhadap berbagai pelanggaran etika komunikasi di media digital. Pelanggaran yang terangkum dalam buku ini meliputi penyebaran ujaran kebencian, manipulasi informasi, dan penyalahgunaan media sosial oleh publik figur.
Dorong Etika Komunikasi Digital Bermoral
Dalam hal etika komunikasi digital, Ketua Program Studi Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Garut, Zikri Fachrul Nurhadi juga pernah menyampaikan pandangannya. Menurutnya, kesantunan digital adalah indikator kualitas ruang publik digital, seperti yang ia tulis dalam opini di Pikiran-rakyat.com, Kamis (22/5/2025).
Menurut Zikri, partisipasi etis dari pengguna menjadi kunci utama dalam menjaga kualitas komunikasi, meskipun platform media sosial telah memiliki algoritma dan kebijakan pendukung. “Komunikasi yang sopan menciptakan suasana dialog yang sehat, meningkatkan keterlibatan pengguna secara positif, dan memperkuat kepercayaan sosialnya. Sebaliknya, komunikasi yang penuh kekerasan verbal dapat menurunkan kualitas demokrasi digital dan menghambat kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab,” tulisnya.
Lewat buku ini, Desak Gede dan Cok Istri mengajak pembaca menjadi komunikator yang cerdas dan bermoral. “Di era digital yang serba cepat dan terbuka ini, kesadaran akan etika komunikasi menjadi kebutuhan yang terelakkan dan buku ini diharapkan dapat menjadi rujukan penting membentuk budaya komunikasi yang sehat dan beretika di Indonesia,” pungkasnya. (EDA)