Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fauziah Muslimah berpandangan, penyebaran informasi yang kini marak melalui AI, dapat memengaruhi persepsi publik, dan memunculkan risiko keamanan data pribadi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Tak dimungkiri, perkembangan kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI) sampai saat ini telah membantu dunia kerja dan pendidikan. Namun, sebagaimana produk teknologi lainnya, pemanfaatan AI perlu disertai pemahaman dan kebijaksanaan, guna memastikan keamanan serta etika beraktivitas di ruang digital.
Hal tersebut yang disoroti dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fauziah Muslimah. Perempuan yang juga menjabat Koordinator Media Sosial Humas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu berpandangan, penyebaran informasi yang kini marak melalui AI, seperti fenomena “tanya Grok” di media sosial X dapat memengaruhi persepsi publik, dan memunculkan risiko keamanan data pribadi.
“Di era digital ini, kita bukan hanya pengguna data, tetapi juga penyedia informasi yang secara tidak sadar bisa membahayakan diri sendiri maupun institusi jika tidak memahami dasar-dasar keamanan digital,” ujarnya dilansir dari uinjkt.ac.id, Sabtu (10/5/2025).
Tak luput, Fauziah turut mengajak masyarakat, khususnya mahasiswa dan para dosen untuk lebih waspada terhadap praktik pengumpulan data yang dilakukan oleh aplikasi atau sistem berbasis AI. Dalam hal ini, ia mengimbau agar masyarakat dapat memastikan bahwa setiap data pribadi yang dibagikan memiliki perlindungan hukum dan etika.
Soal Etika Penggunaan AI
Mengutip dari jurnal berjudul Manfaat dan Tantangan Penggunaan Artificial Intelligences (AI) Chat GPT Terhadap Proses Pendidikan Etika dan Kompetensi Mahasiswa di Perguruan Tinggi (2023) karya Khairul dkk, tantangan terkait privasi dan etika penggunaan teknologi memang telah menjadi momok sejak awal popularitas AI.
Dalam hal ini, mereka berpandangan, salah satu cara mengatasinya adalah dengan adanya perlindungan data mahasiswa serta pembatasan risiko etika, dengan menekankan pada pendidikan etika dalam penggunaan AI di pendidikan tinggi.
Mereka juga menegaskan, dalam konteks ini dosen memainkan peranan kunci untuk membimbing mahasiswa agar bisa mengadopsi teknologi dengan tidak mengorbankan nilai-nilai etika. “Pengembangan regulasi yang ketat dan dialog terbuka antara pemangku kepentingan dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang seimbang, mengoptimalkan manfaat AI Chat GPT sambil menjaga integritas nilai-nilai etika serta moral,” simpulnya. (eda)