UGM berkomitmen memperkuat profesionalisme dan kapasitas komunikasi kelembagaan untuk meningkatkan kepercayaan dan reputasi sebagai perguruan tinggi nasional yang responsif dan berdampak.
YOGYAKARTA, PRINDONESIA.CO - Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar lokakarya Kehumasan dan Keprotokolan di Yogyakarta, Senin (21/7/2025). Kegiatan ini bertujuan memperkuat strategi komunikasi publik yang adaptif dan profesional di era digital.
Lokakarya ini menghadirkan narasumber dari Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Doddy Zulkifli, dan Pranata Humas Ahli Madya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Yayat Hendayana.
Dalam paparannya, Doddy menekankan pentingnya penerapan formula komunikasi klasik dari Lasswell, yaitu who says what in which channel to whom with what effect. Menurutnya, formula ini dapat menghindarkan pesan dari potensi kegagalan atau salah tafsir.
“Kalau pesan tidak disampaikan lewat saluran yang tepat kepada audiens yang sesuai, dampaknya bisa keliru bahkan tidak sampai sama sekali,” ujarnya.
Praktisi humas perguruan tinggi juga dihadapkan pada tantangan era post-truth. Fenomena ini membuat publik cenderung lebih percaya pada keyakinan pribadi daripada fakta objektif.
Untuk itu, narasumber menyarankan agar setiap pesan disusun berbasis data. Narasi tersebut perlu dikemas secara visual dan humanis agar lebih relevan bagi masyarakat.
Gandeng Mahasiswa sebagai Aktor Komunikasi
Salah satu strategi inovatif yang diusulkan adalah memberdayakan mahasiswa sebagai aktor komunikasi. Mereka dinilai efektif untuk menjangkau komunitas sebayanya secara organik dan kreatif.
Menurut Doddy, mahasiswa lebih memahami karakteristik platform digital seperti Instagram dan TikTok. Dengan begitu, pesan dari universitas dapat tersampaikan secara lebih autentik.
Sesuai dengan penelitian Analisis Strategi Komunikasi Politik Mahasiswa dalam Aksi Indonesia Gelap 2025 (2025) karya Erik Ardiyanto dan Ruth Stany Melisa, menjelaskan, sejatinya mahasiswa memiliki peran sebagai aktor komunikasi dalam menginisiasi, menyebarluaskan narasi, dan menggerakkan opini publik melalui media digital.
“Media sosial seperti Instagram, X (twitter) dan TikTok menjadi alat utama dalam strategi komunikasi politik aksi mahasiswa dalam membantu menyebarkan narasi aksi,” tulis dalam penelitian tersebut.
Pada intinya, lokakarya ini mendorong humas perguruan tinggi untuk menjadi lebih strategis. Komunikasi yang dibangun harus berbasis data, visual, serta partisipatif dengan melibatkan seluruh sivitas akademika. (EDA)