Tingkatkan Kualitas Komunikasi dengan Enam Hal Ini
PRINDONESIA.CO | Senin, 06/11/2023
Tingkatkan Kualitas Komunikasi dengan Enam Hal Ini
Fardila Astari, Communications Director Rajawali Foundation, saat mengisi workshop Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) 2023 di Semarang, Kamis (2/11/2023).
Dok. Karyasaka.id/HUMAS INDONESIA

SEMARANG, PRINDONESIA.CO – Ada banyak faktor yang dapat memicu humas melakukan kesalahan dalam menyusun strategi komunikasi. Fardila Astari, Communications Director Rajawali Foundation, menguraikannya ke hadapan 23 peserta workshop Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) 2023 bertajuk “From Reputation to Trust – Revenue – Social Change” di Semarang, Kamis (2/11/2023).

Faktor yang dimaksud Fardila meliputi data yang kurang representatif, penentuan objektif yang tidak relevan, maupun karena keterbatasan kapasitas sumber daya manusia praktisi humasnya. Bahkan, hingga kesalahan umum seperti kurangnya internal humas memahami organisasi atau korporasi, dan masih banyak lagi. “Umumnya, permasalahan utama humas adalah karena mereka tidak memahami organisasi yang menaunginya,”  ujarnya seraya menyimpulkan.  

Oleh karena itu, perempuan yang memegang sertifikasi International Measurement and Evaluation of Communication (AMEC) tersebut menekankan pentingnya memahami organisasi secara mendalam, bukan hanya sekadar visi dan misinya, tapi juga nilai yang diemban.

Hal ini dikarenakan, memahami organisasi merupakan langkah awal dari humas untuk dapat meningkatkan kualitas komunikasi mereka kepada publik. Termasuk menjadi pionir dalam menyusun strategi komunikasi yang tepat. 

Riset

Selain memahami organisasi, hal lain yang tidak kalah penting adalah riset. Melalui riset, kata Fardila, humas dapat mengumpulkan data yang akan menjadi landasan utama saat merencanakan strategi komunikasi. Pada dasarnya, ia menambahkan, riset itu membantu humas untuk mengetahui target yang akan dituju, masalah, harapan, kebutuhan, hingga motivasi yang diperlukan. 

Proses berikutnya adalah mengembangkan strategi komunikasi dari hulu ke hilir secara efektif. Strategi komunikasi ini meliputi penentuan objective atau tujuan komunikasi secara SMART, yang merupakan akronim dari specific, measurable, achievable, realistic, time-bound. Setelah itu tentukan pesan komunikasinya, lalu diturunkan strateginya ke dalam berbagai taktik komunikasi dengan pendekatan paid, earned, shared, owned media (PESO) Model. Peraih gelar master Manajemen Komunikasi dari Universitas Indonesia itu juga meminta humas ahar memahami cara mengimplementasikan strategi komunikasi, termasuk memobilisasi semua aset komunikasi yang dimiliki dari anggaran, jaringan, stakeholder, tim, dan lain sebagainya.

Tahap berikutnya yang tak boleh luput dari perhatian adalah melakukan pengukuran komunikasi. Aspek pengukuran tersebut harus meliputi outputs, outtakes, outcomes, dan impact. Adapun standar pengukuran yang bisa dilakukan mengacu pada AMEC Integrated Evaluation Framework.

Terakhir, praktisi humas juga mesti memahami prinsip-prinsip komunikasi keberlanjutan. Komunikasi keberlanjutan merupakan pendekatan dalam bidang komunikasi yang menekankan pentingnya menjaga hubungan komunikasi yang berlangsung dan terut-menerus dengan berbagai stakeholder maupun audiens.

Pemaparan dari Fardila mengundang pertanyaan Eka Maria, peserta dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pasuruan. Ia menanyakan terkait fungsi riset yang dirasa masih sulit untuk dilakukan. Fardila menjawab tujuan komunikasi ditentukan berdasarkan data yang diperoleh baik melalui riset dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Menurutnya, saat ini ada banyak riset yang bisa dilakukan tanpa perlu anggaran besar. “Cukup dengan memberikan lima pertanyaan kepada target audiens,” katanya memberi contoh. (AZA)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI