Hal yang Harus Diperhatikan dalam Membuat “Sustainability Report”
PRINDONESIA.CO | Selasa, 04/10/2022 | 2.295
Hal yang Harus Diperhatikan dalam Membuat “Sustainability Report”
Pembuatan Sustainability Report harus mengacu pada standar pengukuran yang berlaku secara internasional. Salah satunya yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative atau GRI.
Dok.Maverick

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Sustainability report (SR) mulai dikenal di Indonesia pada tahun 2017. Tepatnya, semenjak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK No. 51/POJK. 03/2017 Tahun 2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.

Menurut Country Program Manager for Indonesia Global Reporting Initiative (GRI) Hendri Yulius Wijaya, saat mengisi sesi diskusi Catalyst bertajuk "Peran Komunikasi ESG dalam Mengamankan Pendanaan" secara virtual, Kamis (28/7/2022), sustainability report bertujuan untuk mengungkapkan sejauh mana dampak capaian dan target dari environmental, social and governance (ESG).

Ia memberi contoh, upaya yang sudah dilakukan oleh organisasi untuk mengelola atau mendaur ulang limbah dengan baik. Atau, kesungguhan yang dilakukan oleh organisasi agar lebih banyak perempuan yang terwakilkan di level board of director.

Laporan keberlanjutan ini merupakan bentuk kepatuhan terhadap peraturan dan dibuat untuk berbagai kepentingan. Mulai dari, pemasaran dan komunikasi, investor, lembaga rating, hingga sustainable development goals (SDGs).

Hingga tahun 2022, kata pria yang sebelumnya menjabat sebagai Research Consultant for National Blueprint of Business Doing Good, Singapura, itu tercatat ada 622 emiten dari total 792 emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah membuat dan menyampaikan laporan SR kepada OJK.

Hendri mengatakan, pembuatan SR harus mengacu pada standar pengukuran yang berlaku secara internasional. Salah satunya yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative atau GRI. Menurut peraih gelar Master of Arts, Gender, and Cultural Studies University of Sydney itu, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam menyusun SR. Pertama, memahami isu ESG yang menjadi fokus dari bisnis perusahaan, dan dampak besar yang ingin diciptakan melalui topik-topik seputar lingkungan hidup, sosial dan tata kelola.

Kedua, mengukur tingkat capaian. Ketiga, menentukan target. Keempat, menyusun strategi untuk mencapai target-target tersebut. Proses membuat SR kurang lebih meliputi empat hal meliputi mengukur, mengatur, mengubah, dan mengomunikasikan.

 

Belum Maksimal

Nah, bicara soal ESG, Ong Hock Chuan, Managing Partner Maverick Indonesia, yang turut hadir sebagai pembicara mengatakan, SR terbilang barang baru di Indonesia, apalagi dengan ESG. Pemahaman yang minim terkait ESG membuat penerapan ESG di berbagai organisasi di tanah air pun masih minim. Kalau pun ada, tidak maksimal atau belum dikomunikasikan dengan baik.  

Tak heran, hasil survei The Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) tahun 2021 menunjukkan indeks ESG Indonesia berada di peringkat ke-36 dari 47 pasar modal di dunia.

Padahal, menurut pria yang juga merupakan Mentor Endeavor Indonesia itu, pada dasarnya ESG merupakan implementasi strategi dan upaya yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan nilai bersama dan memastikan keberlanjutan di semua lini, nilai dan operasi perusahaan, baik secara eksternal maupun internal.

Untuk mendorong organisasi menerapkan nilai-nilai ESG, Ong berpendapat langkah kritis yang perlu dilakukan adalah melibatkan semua pihak stakeholder internal di dalam organisasi untuk duduk bersama, berdiskusi dan menyamakan persepsi. Cara ini akan memudahkan organisasi untuk merangkum masukan yang harus menjadi prioritas dari banyak perspektif operasional. (ais)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI