Milenial Masih Memegang Andil
PRINDONESIA.CO | Jumat, 20/12/2019 | 4.664
Milenial Masih Memegang Andil
Milenial terlibat dalam menyuarakan pendapat sekaligus terjun dalam pemerintahan
Rizka/PR INDONESIA

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Fakta itu diungkapkan oleh Public Relations Specialist Universitas Indonesia Rizky Salerino dalam forum PR INDONESIA Meet Up #21 bertema “Public Relations Rewind 2019 & Outlook 2020”, di Institut Francais d’Indonesie, Kamis (19/12/2019). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, tercatat 88 juta populasi di Indonesia merupakan milenial. Hal ini akan memicu bonus demografi di tahun 2030. “Dua pertiga di antaranya adalah milenial pekerja. Sepertiganya adalah milenial yang masih duduk di bangku sekolah dan universitas,” katanya.

Menurut Pengurus Bidang Diklat Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) Sari Soegondo kondisi ini turut memengaruhi regenerasi politik di Indonesia. Ia menambahkan, ledakan populasi milenial tak cuma terjadi di Indonesia, tapi seluruh Asia.  

Menanggapi pernyataan Sari, Rizky mengatakan, milenial kini memegang peran strategis yaitu penguatan posisi di bidang politik, partisipasi dalam bidang politik, masuk dalam pemerintahan, dan kembalinya gerakan mahasiswa. “Selain kembalinya aksi demo untuk menyampaikan aspirasinya, milenial juga terjun langsung menjalankan pemerintahan,” ujarnya. Sebut saja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang akrab disapa ‘Mas Menteri’. “Milenial yang aktif di luar sektor pemerintahan, kini diberikan kesempatan besar untuk terlibat langsung dalam pemerintahan,” sambungnya.

Rizky mengatakan untuk menghadapi tahun 2020, ada beberapa hal yang harus dilakukan humas. Yang pertama, mempelajari dan menerapkan teknologi. Kedua, menjadikan milenial sebagai target utama pesan. Ketiga, menciptakan konten sekreatif mungkin. Hal keempat, memilih media sesuai dengan karakter. Terakhir, menjadi muda. “Setidaknya, semangatnya,” katanya.  

Humanis dan Relevan

Tren milenial juga berimbas pada konsumsi media digital. Salah satunya, penggunaan media sosial, sebagai imbas dari era post-truth. Publik akan mencari informasi sesuai dengan apa yang mereka yakini. Menurut Regulator and PR Department Head Tugu Insurance Inadia Aristyavani, di era sekarang publik tidak lagi enggan untuk membuat gerakan opini digital. Jika ada produk atau layanan yang kurang baik, maka mereka tak segan melakukan boikot secara on-line. “Misalnya dengan meng-uninstall aplikasi, memberikan rating yang buruk di Playstore, hingga memberikan komentar buruk,” jelas perempuan yang akhir Oktober lalu terpilih sebagai Insan PR INDONESIA.  

Kondisi ini pernah terjadi di tiga perusahaan ternama. Antara lain, Bukalapak, Tempo, dan Tokopedia. Dari ketiga kasus itu, Business Development Manager Isentia Desy Fitriani melihat Tokopedia terbilang sukses mengambil kembali hati publik, khususnya generasi muda, dengan memilih BTS, boyband asal Korea sebagai brand ambassador. Data yang mereka himpun, buzz tentang Tokopedia x BTS telah mencapai 5.788.

Sementara Kepala Subdirektorat Humas Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Ani Natalia mengatakan, untuk menyasar target milenial dan mendukung transformasi ekonomi, DJP menyediakan layanan perpajakan digital. “Hal ini juga bertujuan untuk menyederhanakan birokrasi,” ujarnya. Tak cuma itu, Ani memandang bahwa ke depan, komunikasi penting memerhatikan aspek manusia dan mesti relevan di tengah era yang serba digital dan robotik.  (rvh)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI