Dua Kombinasi Ini Dipercaya Ampuh Bangun Kepercayaan Publik
PRINDONESIA.CO | Selasa, 17/12/2019 | 2.190
Dua Kombinasi Ini Dipercaya Ampuh Bangun Kepercayaan Publik
Strategi mengangkat kearifan lokal akan makin maksimal jika didiseminasi dengan memanfaatkan keberadaan teknologi informasi.
Aisyah/PR Indonesia

YOGYAKARTA, PRINDONESIA.CO – Tanpa kita sadari era globalisasi dan digitalisasi telah menggerus nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Padahal, jika bicara tentang kearifan lokal yang menjadi tema Konvensi Humas Nasional (KNH) PERHUMAS ke-20 tahun ini, menurut Karopenmas Divisi Humas Polri Raden Prabowo Argo Yuwono, strategi komunikasi yang mengusung kearifan lokal dipercaya mampu menjadi senjata yang kuat bagi humas untuk membangun kepercayaan audiens.

“Dengan kearifan lokal, pesan yang disampaikan oleh humas akan lebih mudah diterima masyarakat sesuai dengan nilai yang dianut,” katanya saat mengisi gelar wicara bertema “Peta Jalan Humas Indonesia 2019-2024” di Yogyakarta, Senin, (16/12/2019).

Gaya komunikasi ini juga diterapkan oleh Bank Mandiri. Menurut Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas yang juga merupakan Ketua FH BUMN, salah satu strategi yang bisa diterapkan untuk menggali kearifan lokal adalah menetapkan person in charge (PIC) komunikasi di tingkat regional untuk menjalankan fungsi media relations, media communications dan crisis handling.

 

Saling Mendukung

Menurutnya, strategi ini akan makin maksimal jika didiseminasi dengan memanfaatkan keberadaan teknologi informasi. Pesannya pun bisa lebih relevan, personal dan sesuai target yang ingin disasar.

Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Widodo Muktiyo tak memungkiri dalam menyusun strategi komunikasi, humas tak bisa terlepas dari teknologi.

Apalagi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memengaruhi kehidupan sosial menjadi makin rumit/kompleks (social complexity). Kerumitan sosial ini berlangsung jauh lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan akal kognitif manusia. Kondisi ini berdampak pada berubahnya cara humas melakukan pendekatan dalam membangun komunikasi.  

Perkembangan teknologi yang pesat juga telah mengakibatkan yang oleh Muhammad Sulhan, Ketua Umum ASPIKOM, sebagai unconscious syndrome. Yaitu, keadaan di mana kita merasa seluruh disrupsi yang terjadi ini benar dan baik-baik saja. Padahal kenyataannya belum tentu.

Itulah sebabnya, kata Agung Laksamana, Ketua BPP PERHUMAS, the future starts now, not tomorrow. “Banyak hal yang kita bayangkan sebagai masa depan, padahal sebenarnya sudah ada di genggaman kita sekarang,” katanya. “Apa contohnya? artificial intelligence (AI) yang tanpa kita sadari telah menjadi influencer utama dalam kehidupan kita sehari-hari,” imbuhnya. 

Fenomena lain, saat ini audiens terpapar begitu banyak konten setiap waktu dan humas harus mencari cara untuk menarik perhatian dan membuat audiens percaya kepada brand. Oleh karena itu, Agung yang juga merupakan Director Corporate Affairs APRIL Group mengatakan, humas perlu pandai beradaptasi dan mengubah pola pikir dalam bekerja. “Dalam menyusun strategi komunikasi, kita harus menggunakan big data analytics dan memahami kecerdasan buatan,” katanya. 

Meski begitu, Widodo menyempurnakan, teknologi hanyalah alat. “Humas harus memanfaatkan alat ini untuk menyebarkan informasi yang mengedukasi,” imbuhnya. (den)

 

 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI