Digital PR: “Engagement” Lebih Penting Ketimbang “Followers”
PRINDONESIA.CO | Kamis, 05/12/2019 | 6.807
Digital PR: “Engagement” Lebih Penting Ketimbang “Followers”
Setidaknya ada tiga hal yang harus diwaspadai PR saat mengelola dan memaksimalkan strategi komunikasi melalui digital, yakni thumb is a brand killer, cek hasil temuan, jangan terjebak dengan jumlah followers.
Dok. Pribadi

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Seperti yang disampaikan Business Director and co-founder Crimson Agency Deden Purnamahadi secara tertulis kepada PR INDONESIA, Jumat (11/10/2019). “Digital PR lebih dari sekadar mengelola media sosial. Digital PR adalah tentang bagaimana pelaku PR memanfaatkan ekosistem digital untuk membangun kepercaayaan publik terhadap perusahaan,” katanya.

Keberadaannya digital dan teknologi bukan ancaman. Sebaliknya, semakin memudahkan PR dalam bekerja. Karena lewat teknologi digital mereka dapat menjangkau lebih banyak audiens sesuai profil yang diinginkan. Mereka juga dapat mengukur efektivitas pesan, termasuk kritik dan saran dari target audiens.

Untuk itu, di era seperti sekarang, PR harus mampu mengintegrasikan pendekatan tradisional PR dengan digital PR. Mengapa? Karena yang berbeda hanya salurannya sementara pesannya tetap sama. “Di sinilah tantangan PR. Mereka dituntut mampu menyampaikan pesan dengan baik sesuai dengan jenis salurannya,” ujarnya.

Meski begitu, Deden merangkum setidaknya ada tiga hal yang harus diwaspadai PR saat mengelola dan memaksimalkan strategi komunikasi melalui digital. Pertama, thumb is a brand killer. Melalui ponsel pintar, semua orang bisa menyampaikan pendapat dengan mudah lewat media sosial. Maka dari itu, PR tidak boleh menganggap remeh pesan dari konsumen. Kedua, cek hasil temuan mesin pencari tentang perusahaan. Terus pastikan bahwa hasil temuan mesin pencari dengan kata kunci perusahaan atau brand semuanya dalam sentimen positif, setidaknya hingga tiga halaman pertama.

Ketiga, jangan terjebak dengan tujuan meningkatkan jumlah followers dan fans. “Yang penting bukan jumlah followers, tapi apa yang akan kita lakukan bersama mereka,” ujarnya Semua platform media sosial menyediakan fitur berbayar untuk menyebarluaskan konten kepada audiens yang lebih luas dari jumlah followers. “Sekarang, banyak hal terjadi dan lebih mudah jika dilakukan di digital. Termasuk, dalam rangka meredam krisis dan membangun engagement dengan target audiens,” katanya.

Tingkatkan Kompetensi

Adapun kemampuan dasar yang harus dimiliki PR yang mengelola strategi komunikasi di kanal digital  antara lain kemampuan membuat konten yang tepat untuk dikonsumsi di media sosial. Konten yang snackable, menginspirasi, menghibur dan bisa mengikat audiens. Konten tidak hanya berupa teks, tapi juga gambar dan video. Kedua, memahami cara kerja SEO (search engine optimization) dan SEM (search engine marketing). Dua hal ini akan memengaruhi cara PR memilih tema dan menulis konten yang relevan. Ketiga, pemahaman akan paid ads di media sosial. Keempat, kemampuan membaca data digital, seperti insight pada akun-akun media sosial dan Google Analytics.

Untuk dapat menerapkan kemampuan tersebut, menurut Deden, harus ada kemauan dari pelaku PR untuk mengubah pola pikir dan cara kerja. Praktisi PR juga harus mampu mengimbangi kecepatan dalam hal merespons umpan balik atau pertanyaan audiens. Sebab, hal ini akan berpengaruh pada reputasi perusahaan/brand. Keberhasilan program pun bisa diukur lebih cepat dan akurat. Untuk itu, praktisi PR harus bisa lebih cepat bermanuver untuk mencapai tujuan program mereka. “Tren, teknologi, dan tools digital berkembang sangat cepat. Praktisi PR tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti perkembanganya dan meningkatkan kompetensi,”tegasnya. (mai)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI