Kunci Raih Kepercayaan Publik: Transformasi!
PRINDONESIA.CO | Jumat, 02/08/2019 | 1.242
Kunci Raih Kepercayaan Publik: Transformasi!
Publik merindukan media yang dapat dipercaya
Dok. PERHUMAS

JAKARTA, PR INDONESIA.CO – Seperti yang diungkapkan Deputy Chief Editor The Jakarta Post Taufiq Rahman dalam acara PERHUMAS Afternoon Talk “Navigating Change: Major Trends Impacting Communications in Asia and Globally” di Jakarta, Selasa (16/7/2019). Di era media sosial ini, para influencer justru lebih banyak menyedot perhatian publik dibandingkan media fisik seperti televisi, radio dan media cetak. Hal ini karena influencer dapat membawa pesan langsung kepada pengikutnya.

Kekhawatiran media fisik, tak hanya bersumber dari influencer. Masa kini, media cetak juga mesti bersaing dengan content aggregator seperti Facebook dan Google. Terkadang, justru media cetak yang harus membayar content aggregator ini untuk mendistribusikan konten mereka.

Lantas, apa yang harus dilakukan media cetak? Taufik meyakini bahwa masyarakat menginginkan konten yang dapat dipercaya dengan kualitas jurnalistik yang baik. Kekuatan inilah yang dipertahankan The Jakarta Post. Ia mengatakan, saat ini media tersebut sudah melakukan beberapa hal sebagai bagian dari transformasi. Di antaranya, gabungan dari berita gratis dan berbayar, gabungan dari berita dan cerita (stories), gabungan format lama dan media baru, gabungan konten yang “serius” dan bersifat hiburan, dan gabungan dari dorongan media sosial dan agenda setting.

Untuk mencapai semua hal tersebut diperlukan cara dan strategi. Yang pertama, single newsroom. Single newsroom bertujuan untuk memproduksi berita yang dapat didistribusikan dalam beragam platform. Kedua, deadline. Deadline bertujuan agar produksi berita menjadi lebih efektif dalam waktu yang singkat. Yang ketiga adalah siklus berita yang lebih panjang. Contohnya, seperti bentuk stories (cerita), sehingga berita tidak mudah basi. Keempat, integrasi teknologi yaitu multiplatform. Kelima, berita ke konten. Konten ini dapat diproduksi dalam bentuk teks, video, grafis, dan konten media sosial.

Giatkan aktivasi

Vice Chair Asia Pacific Weber Shandwick Darren Burns mengatakan, saat ini perusahaan harus menyadari pentingnya transformasi digital perusahaan. “Saat ini kita mengenal era VUCA,” ujarnya. VUCA merupakan singkatan dari volatile (perubahan yang sangat cepat), uncertainty (situasi yang tidak pasti), complexity (situasi yang kompleks), dan ambiguity (ambigu).

Di era VUCA, ada beberapa tren kesulitan dalam menginterupsi audiens, semua orang dapat menjadi penyiar, dan konten bersifat komersil. Karena itu, iklan dinilai tak cukup efektif untuk meningkatkan awareness. “Yang harus dilakukan adalah menyatukan aktivasi dan kegiatan CSR,” ujar Burns. (rvh)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI