JAMPIRO #3, Budi Purnomo: Relasi Media Kunci Cegah Berita Hoax
PRINDONESIA.CO | Jumat, 25/08/2017 | 1.199
JAMPIRO #3, Budi Purnomo: Relasi Media Kunci Cegah Berita Hoax
CEO Indonesia Media Centre Budi Purnomo
Freandy/PR INDONESIA

YOGYAKARTA, PRINDONESIA.CO – Fenomena hoax dan fake news yang berkembang begitu pesat di masyarakat menjadi isu menarik untuk dibahas dalam workshop hari kedua, Kamis (24/08/2017), JAMPIRO #3. Mengangkat tema How to Handle Hoax & Fake News to Protect Corporate Reputation, workshop tersebut mengundang President PR Society of Indonesia Magdalena Wenas dan CEO Indonesia Media Centre Budi Purnomo.

Hoax news atau berita rekayasa disebarluaskan dengan tujuan mengubah opini publik. Tidak hanya itu, hoax news yang telah disebarluaskan akan membuat informasi menjadi sesat, sehingga informasi tidak berdasarkan pada fakta yang sesungguhnya. Pada tahapan tertentu, hoax news digunakan sebagai alat untuk melakukan kampanye negatif dengan harapan dapat mengalahkan lawan. Hal tersebut kerap dijumpai pada saat Pemilu 2014 lalu.

Berita bohong sebenarnya tidak boleh disebarluaskan. Bagi perusahaan, berita bohong dapat merusak reputasi dan minat masyarakat terhadap produk atau layanan perusanaan menurun. Namun realitanya masih banyak dijumpai berita-berita bohong yang tersebar secara masif.

“Berita yang salah tidak boleh dibiarkan karena akan menjadi referensi yang salah. Harus diklarifikasi dengan membuat press release, yang merupakan langkah efektif bagi public relations. Kalau press release tidak cukup, perlu menggunakan third parties opinion leader,” kata Budi Purnomo saat memberikan materi di hadapan para praktisi PR.

Cegah Berita Hoax

Reputasi perusahan saat ini amat mudah dinilai. “Ketik nama perusahaan di mesih pencari Google, apakah banyak berita postitif atau negatif. Kalau lebih banyak berita negatif di Google, maka orang PR dianggap tidak perform,” kata Budi Purnomo yang saat ini menjadi penasihat Serikat Media Siber Indonesia.

Untuk mencegah berita hoax tersebar di masyarakat, Budi Purnomo mempunyai cara jitu. Pertama, praktisi PR perlu meningkatkan hubungan baik dengan awak media. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan media visit atau kunjungan media. Jika masih muncul berita hoax tentang perusahaan, maka PR perlu menghubungi atau melaporkannya ke media sosial.

Report dapat dilakukan di hampir semua media sosial untuk menghindari akun-akun yang tidak bertanggung jawab. Jika masalah hoax tersebut tidak kunjung reda dan bahkan semakin membesar, maka perlu dibawa ke meja hijau dan ditangani oleh pihak yang berwajib,” pungkasnya. (Muk/Nif)

 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI