Tinggalkan Playbook Krisis, Praktisi PR Wajib Terapkan 3 Pendekatan Ini!
PRINDONESIA.CO | Selasa, 23/09/2025
Tinggalkan Playbook Krisis, Praktisi PR Wajib Terapkan 3 Pendekatan Ini!
Ilustrasi Praktisi PR menghadapi krisis komunikais
doc/freepik

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Dalam dunia public relations (PR), ada sebuah "kitab sakti" yang sering dianggap ampuh untuk menyelesaikan semua masalah komunikasi krisis, yaitu Crisis Communications Playbook. Faktanya, dokumen ini sering kali tidak relevan bahkan sebelum sempat diuji dan jarang sekali digunakan dalam situasi nyata.

Menurut Maria Stagliano dan Ian Christopher McCaleb, konsultan dari Blue Highway Advisory, komunikasi krisis adalah perpaduan antara seni, sains, dan insting. Mereka berpendapat bahwa pekerjaan ini membutuhkan tim yang mampu melihat setiap masalah sebagai kasus unik yang, bisa jadi, harus dipecahkan dengan metode berbeda dari panduan awal.

"Bukan sesuatu yang [tiba-tiba] bisa diselesaikan dengan panduan tebal, yang sudah dibuat sebelumnya," ujar mereka sebagaimana dikutip dari PR Daily pada Rabu, (19/3/2025). Menjawab hal tersebut, Maria dan Ian membagikan tiga pendekatan yang lebih efektif untuk mempersiapkan diri menghadapi krisis dibandingkan hanya mengandalkan playbook yang sudah usang.

1. Lakukan Uji Skenario Tanpa Bocoran

Rencana di atas kertas selalu terlihat sempurna, tetapi yang terpenting adalah bagaimana tim bereaksi dalam situasi nyata. Menurut Maria dan Ian, latihan skenario "blind" atau tanpa bocoran akan membantu menguji refleks tim saat menghadapi kejadian tak terduga. Pendekatan ini memacu adrenalin lebih kuat daripada latihan yang sudah direncanakan.

2. Lakukan Pemantauan Rutin

Jadwalkan pertemuan rutin minimal sebulan sekali untuk memantau perkembangan isu dan mendeteksi potensi masalah. Pemantauan bisa dilakukan melalui pemberitaan positif maupun percakapan di media sosial. "Semakin mutakhir informasi yang dimiliki tim PR, maka semakin cepat mereka bergerak cepat merespons dan mengelola risiko komunikasi yang kompleks," ujar mereka.

3. Terapkan Prinsip "BLUF"

Maria dan Ian menekankan pentingnya prinsip BLUF (Bottom Line Up Front) atau langsung ke inti persoalan. Praktisi PR perlu menyiapkan aset penting yang benar-benar dibutuhkan saat krisis, seperti daftar kontak darurat, protokol eskalasi komunikasi, dan naskah pernyataan sementara yang dapat digunakan dalam siaran pers.

Akhirnya, playbook krisis akan sia-sia jika tidak diikuti dengan latihan nyata. Dengan mengadopsi pendekatan yang proaktif dan realistis ini, praktisi PR dapat mengendalikan krisis dan melindungi reputasi organisasi tanpa bergantung pada panduan yang kaku. (EDA)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI