Gaya komunikasi “koboi” Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menuai sorotan publik. Pakar menilai pendekatan komunikasinya efektif, tetapi tetap perlu diimbangi dengan kepekaan sosial agar tidak memicu polemik.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Setiap pemimpin memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Salah satu yang belakangan menjadi sorotan publik adalah gaya komunikasi “koboi” Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. Di satu sisi, masyarakat menilai Purbaya mampu menerjemahkan program pemerintah dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami. Namun, di sisi lain, gaya komunikasinya dinilai berpotensi memicu polemik.
Pakar kajian budaya dan media Universitas Muhammadiyah Surabaya Radius Setiyawan, menilai gaya komunikasi Purbaya bercirikan dynamic style yang lugas, cepat, dan langsung pada inti persoalan. “Semakin ke sini, Purbaya terlihat belajar dari kesalahannya. Ia mampu menjawab isu-isu makroekonomi, perbankan, hingga moneter dengan bahasa lugas, sederhana, dan mudah diterima publik,” ujarnya dikutip dari laman resmi kampus, Rabu (17/9/2025).
Radius menambahkan, dalam konteks komunikasi politik, yang terpenting bukan sekadar retorika, tetapi juga pemahaman terhadap denyut masyarakat. Ketika publik sedang marah atau kecewa, pejabat negara harus berhati-hati memilih kata agar tidak menimbulkan kesan diskriminatif atau membuat masyarakat merasa diabaikan.
Ia juga berpesan kepada jajaran menteri baru Kabinet Merah Putih bahwa komunikasi publik kini sama pentingnya dengan kinerja teknis. “Masyarakat menuntut komunikasi yang sederhana tetapi substansial. Jangan sampai kebijakan bagus gagal diterima hanya karena cara penyampaiannya keliru. Menteri harus paham betul siapa audiensnya, kondisi sosialnya, dan memilih bahasa yang tepat,” tegas Radius.
Memahami “Dynamic Style”
Konsep dynamic style telah lama dikaji dalam literatur komunikasi organisasi. Mengutip penelitian berjudul Peranan Komunikasi Organisasi Bagi Pimpinan Organisasi (2018) oleh Evi Zahara, gaya komunikasi ini cenderung agresif karena pengirim pesan memahami lingkungan kerjanya berorientasi pada tindakan (action-oriented) dan bertujuan mendorong pekerja agar bergerak lebih cepat dan efektif.
“Gaya komunikasi ini cukup efektif untuk mengatasi persoalan yang bersifat kritis, dengan catatan karyawan atau bawahan memiliki kemampuan yang memadai untuk menyelesaikan masalah tersebut,” tulis Evi.
Sejalan dengan itu, penelitian Analisis Gaya Komunikasi Pimpinan dalam Motivasi dan Kinerja Karyawan: Studi Kasus PT. Arthawenasakti Gemilang (2024) oleh Amanda Eka Nur Oktaviani menemukan bahwa pimpinan yang menggunakan gaya komunikasi dinamis mampu memotivasi karyawan melalui diskusi yang konstruktif, sehingga berdampak positif terhadap kinerja mereka.
Meski demikian, Radius menekankan, gaya komunikasi dinamis seperti yang diperlihatkan Purbaya perlu diimbangi dengan kepekaan sosial. Tujuannya agar pesan yang disampaikan tidak hanya memotivasi bawahan, tetapi juga membangun kepercayaan publik secara berkelanjutan. (EDA)