Pelatihan komunikasi internal bertujuan menjadikan operator pembangkit sebagai representasi PLN Indonesia Power yang komunikatif, tanggap, dan berorientasi pada kepuasan mitra kelistrikan. Inisiatif ini selaras dengan komitmen perusahaan energi listrik untuk memberikan pelayanan terbaik.
MAKASSAR, PRINDONESIA.CO – Menjaga reputasi perusahaan tidak hanya bergantung pada komunikasi eksternal, tetapi juga membutuhkan peningkatan kecakapan komunikasi internal. PT PLN Indonesia Power (IP) Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Tello mewujudkan hal ini melalui in-house training basic communication bagi para operator pembangkit.
Manajer PLN IP UBP Tello, Hariady Bayu Aji, menekankan pentingnya peningkatan kapasitas komunikasi bagi operator untuk menjaga keandalan dan respons layanan sistem. “Keterampilan teknis saja tidak cukup, diperlukan juga komunikasi yang efektif dan profesional khususnya dalam menjalin koordinasi dan menyampaikan informasi yang krusial kepada pelanggan sistem,” ucapnya seperti dikutip dari Beritasatu.com, Rabu (25/6/2025).
Komunikasi sebagai Perekat Keberhasilan
Dalam pelatihan ini, para operator yang merupakan ujung tombak dalam menyampaikan solusi teknis dan membangun kepercayaan pelanggan, dibekali dengan penguatan soft skills komunikasi efektif.
“Pelatihan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas personal para operator agar mampu menyampaikan informasi teknis dengan profesionalisme,” ungkap narasumber sekaligus psikolog Ratna Sesotya Wedadjati.
Kepada para operator, Ratna juga menyampaikan prinsip-prinsip komunikasi dalam membangun kepercayaan, seperti teknik mendengarkan aktif, dan cara mengelola emosi dalam berbagai situasi.
Menurut Internal Communication Specialist PT Alaksir Cipta Aksara Santi Djiwandono, dalam webinar APPRI Connect bertajuk “Komunikasi Internal, Hadapi Pandemi Tetap Kebal”, Jumat (1/10/2021) silam, pengembangan komunikasi internal memiliki peran krusial terhadap keberlanjutan perusahaan.
Ia menggambarkan komunikasi sebagai perekat dalam suatu organisasi. “Ibarat lem, komunikasi menjadi perekat dalam suatu organisasi yang akan menciptakan interaksi alamiah dan berkelanjutan dengan pihak eksternal,” pungkas Santi. (EDA)