Elemen Membangun Kepercayaan, Apa Saja?
PRINDONESIA.CO | Senin, 11/04/2022 | 1.426
Elemen Membangun Kepercayaan, Apa Saja?
Kepercayaan adalah mata uang
Dok. Istimewa

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Isu ini mengemuka dalam webinar BRIN Insight Every Friday (BRIEF) bertajuk “Trust Building dan Komunikasi Efektif dalam Layanan Internal Organisasi”, Kamis (8/4/2022). Founder dan CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan mengatakan, membangun kepercayaan tidak dapat hanya sekadar wacana, butuh komitmen dan tindakan nyata. 

Dikutip dari Edelman, dalam bertransaksi, meskipun terkait rencana dan usaha, memerlukan mata uang. Bedanya, mata uang itu bernama kepercayaan. Ya, kepercayaan adalah mata uang utama dalam hubungan yang dibangun oleh semua institusi dengan stakeholder.  “Kepercayaan adalah fondasi yang memungkinkan organisasi mengambil risiko yang bertanggung jawab,” kata pria yang terpilih sebagai Anggota Dewan Pers periode 2022 – 2025 ini.

Dengan adanya kepercayaan, perusahaan memiliki lisensi sosial untuk beroperasi. Namun, perusahaan baru dapat beroperasi apabila mendapatkan persetujuan dari masyarakat. Persetujuan tersebut bukan semata urusan teknokratis dan birokratis, namun juga menyangkut adat, sosial, budaya, dan ekonomi.  

Bagi sebuah bisnis, kepercayaan yang langgeng menjadi jaminan terkuat, terutama dalam menghadapi berbagai gangguan yang berkaitan dengan persaingan. Kepercayaan juga bisa menjadi penangkal ketidakpedulian konsumen dan menjadi jalan terbaik menuju pertumbuhan berkelanjutan.

Kebaikan dan Empati

Ada beberapa elemen yang harus dipahami dalam membangun kepercayaan. Apa saja? Pertama, elemen kebaikan. Meski di masa sulit, pemimpin harus mengandalkan seluruh indera yang dimiliki untuk terus bergerak. Hal ini membuat pemimpin bisa mendapatkan kepercayaan dari tim.

Modal ini selanjutnya dapat membuat tim bekerja lebih efektif dan bisnis menjadi berkembang. Menurut Asmono, kebaikan adalah energi positif yang dimiliki oleh setiap insan manusia. “Jadikan kebaikan ini untuk menuntun kita membangun kemaslahatan bersama, niscaya kita akan mendapat umpan balik yang tak terhingga,” ujarnya.

Elemen berikutnya, empati. Pemimpin harus memiliki sikap rendah hati untuk mau mendengarkan tim dan membangun dialog. Ketika dialog sudah terbangun, timbul kesepahaman. Akhirnya, tim percaya bahwa semua keputusan berdasarkan pertimbangan untuk kepentingan semua pihak, termasuk setiap insan di dalam organisasi.

Empati juga merupakan wujud menghormati, menghargai, dan memuliakan. Dengan berempati, audiens akan tersentuh hatinya, lalu tumbuh awareness. Selanjutnya, awareness akan mendorong terjadinya perubahan sikap dan perilaku. 

Asmono berpendapat, sudah semestinya pemimpin itu sarat dengan inovasi dan inspirasi. Untuk itu, ia harus memberikan ruang seluasnya bagi tim agar dapat berkreasi. “Kolaborasi antara pemimpin yang visioner dengan tim yang harmonis adalah aset besar organisasi untuk tumbuh di era ketidakpastian dan wabah disrupsi,” katanya.

Menurutnya, semua itu akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan komunikasi yang baik. Dalam membangun komunikasi, Asmono berpesan agar PR senantiasa menyusun strategi yang relevan. Sehingga, pesan yang disampaikan berdampak bagi target audiens juga reputasi perusahaan. (rvh)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI