Indarti Aryasatya, Sekretaris Perusahaan Bank BPD DIY: Tulus dan Nekat
PRINDONESIA.CO | Jumat, 01/03/2019 | 1.512
Indarti Aryasatya, Sekretaris Perusahaan Bank BPD DIY: Tulus dan Nekat
Bangun engagement dengan pemegang kunci. Ambil hatinya dengan tulus
Dok. Pribadi

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Hal ini bukannya tanpa alasan. Pasalnya, perempuan yang selama sepuluh tahun malang melintang sebagai account officer tersebut sama sekali tak memiliki pengalaman sebagai humas apalagi latar belakang Ilmu Komunikasi.


Belum genap setahun berprofesi sebagai humas, perusahaan membuat kebijakan baru: bagian humas ditiadakan, perannya kemudian berada di bawah tanggung jawab Sekretaris Perusahaan.Yang membuat Indarti menarik napas, perusahaan memercayakan amanah Sekretaris Perusahaan tersebut kepadanya. Karena organisasinya masih kecil, maka Sekretaris Perusahaan tidak langsung berada di bawah tanggung jawab Direktur Utama, melainkan Divisi SDM dan Umum.


Sadar masih minim pengalaman dan pengetahuan, ia mengaku awalnya sempat cemas. Apalagi tidak ada pertukaran ilmu karena di saat yang bersamaan Sekretaris Perusahaan pendahulunya pensiun dari perusahaan. Beruntung, direktur utama selalu mendukung, memberi arahan dan bimbingan. “Ternyata, Dirut saya itu sebelumnya pernah menempati posisi sebagai sekretaris perusahaan,” ujar perempuan yang karib disapa Iin ini, lega.

Yang menjadi fokus utamanya ketika itu adalah membangun citra perusahaan dan engagement dengan para stakeholder, terutama pemerintah daerah (pemda) selaku pemegang saham, masyarakat, dan media. “Ketika itu relasi antara perusahaan, terutama direksi, dengan pemda belum sedekat seperti sekarang. Hubungan dengan media pun masih kurang erat. Terbukti dari minimnya publikasi tentang BPD DIY,” kata Indarti.


Menurut perempuan kelahiran Magelang, 11 November 1976, strateginya ada pada ketulusan dalam membangun relasi dan nekat. “Dalam berelasi, kita harus mampu membangun engagement dengan ‘pemegang kunci’. Ambil hatinya dengan cara yang tulus,” katanya. Siapa yang menyangka, ia menjadi orang pertama yang dihubungi oleh protokol sehari sebelum pelaksanaan pelantikan Gubernur DIY.


Sementara yang dimaksud dengan nekat adalah keberanian untuk menulis. “Supaya aktivitas perusahaan ini terdengar publik, kita harus sering mempublikasikan diri. Salah satu caranya lewat tulisan,” kata alumni Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut yang rela lembur karena sebelumnya tidak memiliki pengalaman menulis apalagi untuk konsumsi media/publik. Ia makin termotivasi karena mendapat dukungan dari direktur.

Tak hanya ke luar, ia juga harus membangun kepercayaan dan engagement ke lingkungan internal perusahaan. “Kami harus mampu membuktikan ke kalangan internal bahwa kami mampu menjadi representasi perusahaan,” ujar Indarti. Jerih payah itu mulai membuahkan hasil. Relasi dengan pemda dan media semakin membaik. Perasaan bangga pun membuncah setelah menyelami tugas dan fungsinya di perusahaan. “PR itu bukan sekadar pemberi atau penjembatan informasi antara perusahaan dengan masyarakat. Lebih dari itu, mereka adalah penengah bagi para pemimpin perusahaan,” ujarnya. “Di perusahaan kami ada empat direktur. Setiap pengambil kebijakan memiliki karakter dan keinginan yang berbeda-beda. Adalah tugas kami sebagai penengah, mencari titik temu untuk kepentingan bersama,” kata perempuan yang berpendapat perkembangan teknologi informasi harus dilihat sebagai peluang bagi PR untuk meningkatkan reputasi perusahaan.

Tahan Rindu


Sudah jadi rahasia umum, sebagai PR apalagi Sekretaris Perusahaan, ia harus siaga 24 jam. Namun, tantangan itu menjadi makin berwarna karena ia dan keluarganya tinggal terpisah. Suami di Jakarta, Indarti di Jogja, sementara anak semata wayang mereka tinggal di Magelang. Ia terpaksa menahan rindu karena jadwal bertemu keluarga hanya bisa dilakukan setiap dua minggu sekali.


Ia mengaku mungkin sudah menyerah sedari lama jika tanpa dukungan keluarga. “Mereka selalu menyemangati saya dan berpesan yang penting saya bahagia,” ujar perempuan yang melepaskan penat dengan cara mendengarkan lagu itu, haru.


Indarti mengaku bukan orang yang ngoyo mengejar karier. Baginya jabatan adalah amanah. “Saya orangnya nrimo dan bersyukur. Meski begitu, saya selalu berupaya menjalankan setiap amanah dengan sungguh-sungguh,” tutupnya. mff/rtn

 

Selengkapnya baca PR INDONESIA versi cetak dan SCOOP edisi 41/ Agustus 2018Hubungi Sekhudin: 0811-939-027, [email protected]

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI