Posisi Media Arus Utama di Era Digital
PRINDONESIA.CO | Jumat, 01/03/2024
Posisi Media Arus Utama di Era Digital
Head of Corporate Communications Harita Nickel Haviez Gautama.
Dok. PR INDONESIA

JAKARTA, HUMASINDONESIA.ID—Perkembangan dunia digital saat ini telah memungkinkan siapa saja untuk membangun sebuah media. Belakangan bahkan dikenal istilah homeless media, merujuk kepada entitas media tanpa situs web yang hanya mengandalkan media sosial untuk mendistribusikan konten.

Meski demikian, dalam perspektif kehumasan, media arus utama masih memiliki keunggulan untuk dijadikan mitra menjalankan program komunikasi. Hal tersebut disampaikan oleh Head of Corporate Communications Harita Nickel Haviez Gautama, dalam MAW Talk #39 bertajuk ‘’Masihkah Media Arus Utama Dipercaya Oleh Praktisi PR?’’ Rabu, (28/2/2024).

Menurut Haviez, keunggulan media arus utama sampai saat ini adalah punya level of credibility atau kredibilitas. Hal tersebut terbuktikan dalam hasil survei Edelman Trust Barometer beberapa tahun terakhir. “Trust kepada organisasi dan media menurun, tetapi media arus utama tetap menjadi yang paling dicari ketika publik ingin mencari sebuah kebenaran berita,” ujarnya.

Lebih lanjut, alumnus STIE Perbanas Jakarta itu menjelaskan, peningkatan jumlah media di Indonesia, baik yang terverifikasi Dewan Pers maupun tidak, turut menjadi alasan bagi publik lebih mempercayai media arus utama. “Orang yang tidak mau susah mencari, memilih media yang paling dikenal untuk mendapatkan informasi kredibel menurut mereka,” imbuh Haviez.

Tidak Harus Media Tier 1

Mengingat media arus utama masih akan menjadi mitra praktisi humas, maka media relations harus senantiasa digencarkan agar perusahaan bisa mendapatkan liputan yang berimbang. Dalam praktiknya, kata pria yang sebelumnya menjabat Director of Communications Tanoto Foundation ini, praktisi humas jangan terlalu fokus mengelompokkan media ke dalam tier.

Menurutnya, pengelompokkan media ke dalam suatu tier memang penting. Namun, yang lebih penting adalah memetakan audiens perusahaan, stakeholder, dan perilaku konsumsi media serta jenis media yang dikonsumsi. “Media yang kita anggap tier 3, bisa menjadi tier utama dalam konteks perusahaan kalau salah satu stakeholder kunci adalah segmen media tersebut,” terang Haviez.

Penjelasan Haviez mengenai posisi media arus utama dalam perspektif humas turut mengundang pertanyaan dari salah peserta MAW Talk #39, Mahdor Al Idrus. Mahasiswa Universitas Suryakancana itu menanyakan soal etika yang seharusnya dimiliki humas dalam menjalin hubungan dengan media.

Menjawab itu, menurut Haviez, etika dalam konteks media relations salah satunya adalah menghormati independensi dengan tidak berusaha mendikte media. “Setiap media pasti memiliki independensinya sendiri, etika kita sebagai praktisi PR tentu harus menghormati itu,’’ ujarnya.

Lebih lanjut, pria yang mengawali karier kehumasan di Inke Maris & Associates itu menyarankan, praktisi humas harus mempelajari cara kerja dari media, utamanya agar siaran pers yang dikirimkan dapat perhatian untuk ditayangkan. ‘’Ini tugas kita praktisi humas, memastikan siaran pers yang kita tulis itu sudah memuat news value,’’ pungkasnya. (HUR)

 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI