Merinding. Begitu kata Mitra Piranti, VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. saat diminta mengenang kembali peristiwa krisis yang dihadapi perusahaan dengan kode emiten GIAA tersebut di masa pandemi COVID-19.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kepada Ratna Kartika dan Anjar Mahardhika dari PR INDONESIA di ruangan kantornya, Jakarta Barat, Jumat (18/8/2023), perempuan peraih gelar double degree MM-MBA dari Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan University of Greenoble Alpes, Prancis, itu bercerita panjang lebar mengenai perjuangan maskapai flag carrier tersebut memulihkan kepercayaan publik yang kala itu sudah menyentuh level minus hingga akhirnya lolos dari lubang krisis. Pengalaman luar biasa yang memberikan banyak pelajaran dan justru membuat soliditas makin kuat. Berikut kisahnya.
Jadi, pada 17 Juni 2022, Garuda Indonesia telah memperoleh homologasi atau kesepakatan damai dengan kreditur dalam proses restrukturisasi melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan transformasi operasional perusahaan. Persetujuan atas proposal perdamaian ini dilakukan melalui pemungutan suara (voting) dengan jumlah mayoritas kreditur, yaitu sekitar 97,46 persen, menyetujui proposal perdamaian dan rencana bisnis yang ditawarkan oleh Garuda Indonesia.
Setelah memperoleh homologasi, kinerja perusahaan terus mengalami perbaikan. Pada tahun 2022, Garuda mampu meningkatkan pendapatan hingga Rp 27,7 triliun, atau naik dari pendapatan tahun 2020 (Rp 21,7 triliun) dan 2021 (Rp 19,2 triliun). Dengan efektifnya skema restrukturisasi, Garuda Indonesia juga dapat membukukan penurunan nilai utang yang signifikan menjadi tinggal 50 persen, dari awalnya 10,11 miliar dolar AS sebelum PKPU menjadi 5,1 miliar dolar AS setelah PKPU.