Bank BTN menerapkan strategi komunikasi proaktif dengan memenuhi ruang digital dengan narasi positif. Hal ini menjadi kerja konkret perusahaan bidang perbankan milik BUMN dalam membangun kepercayaan publik secara konsisten.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Di tengah perubahan lanskap media akibat kecepatan informasi digital, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menerapkan strategi komunikasi proaktif untuk meminimalisasi jejak digital negatif dan membangun kepercayaan publik.
Dalam paparannya ketika mengisi PR Webinar Series #1 yang diselenggarakan HUMAS INDONESIA, Rabu (11/6/2025) secara daring, Head of Corporate Communication BTN Dody Agoeng menjelaskan, kunci utama untuk mengupayakan dua hal di atas adalah membangun kepercayaan dari dalam, sembari secara konsisten membanjiri ruang digital dengan narasi positif.
Dody meyakini, membangun kepercayaan adalah pekerjaan utama setiap praktisi humas. Dalam konteks ini, katanya, terdapat sekurangnya lima pilar kepercayaan yang harus dibangun secara berlapis. Pertama, internal trust. Menurutnya, kepercayaan harus dimulai dari internal perusahaan.
Kedua, media trust alias membangun hubungan baik dengan media untuk mendapatkan dukungan positif. Ketiga, stakeholder trust, atau membina hubungan dengan pemangku kepentingan untuk mendapat dukungan terkait dampak ekonomi dan sosial perusahaan.
Keempat, power trust yang merujuk kepada upaya menjaga hubungan baik dengan pemerintah dan regulator sebagai pemegang kekuasaan. Kelima, public trust dengan menjadikan kepercayaan pelanggan dan masyarakat sebagai tujuan akhir dari seluruh kegiatan komunikasi.
Adapun dalam praktik komunikasi digital, lanjut Dody, BTN menerapkan prinsip fundamental yakni “Jangan Meninggalkan Jejak Negatif Digital". baginya, setiap kampanye PR tidak boleh meninggalkan jejak negatif, dan narasi pada kata kunci pencarian yang sama harus diubah dari negatif menjadi positif. "Upaya meminimalisasi jejak negatif digital dapat dilakukan dengan kampanye komunikasi positif secara konsisten dan masif," ujarnya.
Sebagai contoh implementasinya, BTN menjalankan kampanye "One Day One News, One Post". Lewat inisiatif tersebut, terang Dody, pihaknya menerbitkan minimal satu berita positif di media online, dan satu konten positif di media sosial setiap harinya untuk membangun persepsi yang baik secara berkelanjutan. "Jangan pernah bosan membuat berita positif tentang perusahaan kita, karena ini akan menjadi aset komunikasi yang nanti bisa kita pakai kapan pun," pesannya.
Manajemen Krisis yang Teruji
Strategi di atas, lanjut Dody, bisa dibilang efektif dalam menangani krisis. Salah satu contohnya ketika menangani pemberitaan negatif mengenai demonstrasi nasabah pada periode akhir April hingga awal Mei 2024. Dengan pendekatan tersebut, katanya, BTN dalam waktu singkat berhasil meredam eskalasi berita negatif.
Selaras dengan itu, imbuhnya, dalam situasi krisis BTN juga senantiasa menyiapkan holding statement atau standby statement. Menurut sosok dengan pengalaman 25 tahun di bidang kehumasan ini, pernyataan tersebut berfungsi untuk menjawab setiap permintaan media secara normatif, tapi langsung ke pokok permasalahan. "Dengan demikian, seluruh pimpinan perusahaan memiliki landasan yang sama dalam memberikan keterangan kepada publik," jelasnya.
Dody menyimpulkan, dalam konteks kekinian peran praktisi humas sudah harus strategis, dan tidak lagi boleh pasif. Humas, tegasnya, harus pro kepada komunikasi. "Peran kita menentukan, dan kita tidak bisa diam melihat kekosongan waktu. Itu harus kita isi dengan berita-berita positif," tutupnya. (ARF)