LIOLIO sebagai CEO Virtual Lion Parcel akan menjalankan tugas mengomunikasikan nilai-nilai perusahaan secara konsisten di berbagai saluran komunikasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Perusahaan logistik Lion Parcel (PT Lion Express) belum lama ini memperkenalkan LIOLIO sebagai Chief Executive Officer (CEO) virtual mereka. Inovasi tersebut ditujukan agar perusahaan punya representasi dan wajah baru dalam berkomunikasi di ruang digital.
Chief Marketing Officer Lion Parcel Kenny Kwanto mengatakan, kehadiran LIOLIO menjadi sebentuk strategi komunikasi baru guna menjangkau generasi muda yang berperan penting dalam perkembangan ekonomi dan transaksi online. “Kami ingin membangun koneksi yang lebih kuat dan relevan sehingga bisa menjadi perusahaan logistik pilihan generasi muda,” ujar Kenny di The Club Djakarta Theater Jakarta, Kamis (17/4/2025).
Lebih lanjut Kenny menerangkan, LIOLIO sebagai CEO Virtual Lion Parcel akan menjalankan tugas mengomunikasikan nilai-nilai perusahaan secara konsisten di berbagai saluran komunikasi. Adapun pendekatan komunikasi yang diusung, imbuhnya, akan lebih kreatif sesuai dengan preferensi generasi muda terhadap brand yang autentik, menyenangkan, dan bernilai.
Mengomunikasikan Transformasi
Langkah inovatif Lion Parcel lewat CEO Virtual layak mendapatkan apresiasi. Namun, mengutip jurnal Strategi Komunikasi Dalam Mengelola Perubahan Pada Transformasi Digital Perusahaan (2021) oleh Afifah Nurrosyidah, ada beberapa hal yang perlu dipastikan agar transformasi semacam itu dapat berjalan mulus.
Afifah menuliskan, dalam transformasi digital perlu adanya rencana strategis yang dikolaborasikan dengan strategi komunikasi. Dalam konteks ini, terangnya, terdapat tiga tahapan utama yang perlu dilewati oleh manajemen meliputi tahapan edukasi, transisi, dan evaluasi.
Afifah juga menggarisbawahi bahwa akan ada kemungkinan terjadinya penolakan dari audiens, atau bahkan kegagalan transformasi. Beberapa di antara penyebabnya seperti ketidaksiapan sumber daya manusia (SDM), hingga kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan.
Dalam konteks ini, Afifah menyimpulkan, strategi komunikasi perlu terus disesuaikan dengan perilaku individu di setiap tahapan transformasi. Sebab, hanya dengan itu perubahan dan inovasi akan mendapatkan dukungan. (eda)