“Stakeholder Mapping”, Kunci Keberhasilan Komunikasi
PRINDONESIA.CO | Kamis, 28/09/2023
“Stakeholder Mapping”, Kunci Keberhasilan Komunikasi
Corporate Secretary Indonesia Financial Group (IFG) Oktarina Dwidya Sistha di acara PR INDONESIA Summit, Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Panji/ PR INDONESIA

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Apakah Anda setuju dengan pendapat bahwa pesan yang cemerlang belum tentu dapat menghasilkan dampak yang optimal? Itulah pertanyaan yang terlintas di benak saat menyimak materi diskusi yang disampaikan oleh Oktarina Dwidya Sistha, Corporate Secretary Indonesia Financial Group (IFG), bertajuk “Reputation Management and Branding”di acara PR INDONESIA Summit di Jakarta, Kamis (21/9/2023).

Menurut Sistha, begitu ia karib disapa, hal ini bisa terjadi karena penyampaian pesan kunci tidak dibarengi dengan pengetahuan yang mendalam tentang pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat atau dilibatkan. Alhasil pesan menjadi tidak relevan dengan target komunikasi yang disasar.

Sebagai perusahaan yang memiliki banyak anak bisnis perusahaan seperti IFG, ia melanjutkan, pemetaan stakeholder bukan hanya bertujuan untuk mencapai komunikasi yang efektif dan menjamin lini bisnis terkelola dengan baik. Lebih dari itu, memetakan pemangku kepentingan (stakeholder mapping) menjadi salah satu faktor penting yang dapat mendukung terciptanya reputasi positif bagi organisasi.

Empat Bagian

IFG mengklasifikasikan stakeholder dengan empat bagian. Pertama, pemangku kepentingan yang harus dipenuhi kebutuhannya karena keberadaannya berdampak bagi perusahaan. Contohnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Kementerian Keuangan, dan DPR RI.

Kedua, stakeholder yang menjadi pemain kunci. Di antaranya, anak perusahaan IFG yang menjadi komponen utama dalam bisnis holding, Kementerian BUMN selaku pemberi mandat, serta media.

Ketiga, stakeholder yang masuk ke dalam kategori prioritas rendah (low priority), seperti nasabah. Keempat, stakeholder yang masuk ke dalam kategori keep informed atau terus mendapatkan informasi. Antara lain, key opinion leader (KOL), social media influencer, asosiasi Industri Keuangan Non Bank (IKNB), hingga akademisi.

Bicara soal media atau pers, Sistha berpendapat, media merupakan mitra potensial bagi perusahaan. Posisi mereka tidak bisa disetarakan dengan KOL dan influencer. Alasannya, media memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap IFG sebagai perusahaan dengan posisi strategis dalam IKNB di Indonesia.

Selain itu, media juga mampu memberikan pengaruh besar terhadap persepsi stakeholder maupun publik melalui pemberitaan dan publikasinya. Termasuk berperan dalam menyampaikan pesan kunci IFG, yakni “Membangun Kepercayaan pada Industri Keuangan Indonesia”.

Ketika menjawab pertanyaan Anita, salah satu peserta plenary session, terkait cara IFG mengelola reputasinya, lagi-lagi Sistha menjawab, tak lain karena mereka menjadikan media sebagai mitra strategis. “Kami melakukan maintenance terhadap berita negatif dengan menjadikan rekan media sebagai partner,” ujarnya. (aza)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI