TikTok Geser Google, Apa Dampaknya bagi PR?
PRINDONESIA.CO | Rabu, 08/03/2023 | 1.332
TikTok Geser Google, Apa Dampaknya bagi PR?
Gen Z mulai beralih ke TikTok sebagai mesin pencari informasi terfavorit.
www.freepik.com

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dalam kurun tiga tahun terakhir, Google dan TikTok, dua aplikasi masing-masing asal Amerika Serikat dan Tiongkok, kerap bersaing untuk menempati posisi pertama sebagai situs internet terpopuler.

Tiga tahun lalu, tepatnya 2021, TikTok yang notabene pemain baru di media sosial, membuat publik tercengang karena mampu menggeser dominasi Google sebagai situs web terpopuler. Ketika itu, seperti yang dikutip dari www.bbc.com, data Cloudfare menunjukkan trafik yang diperoleh Tiktok.

Aplikasi besutan dari perusahaan Beijing ByteDance Technology yang didirikan oleh Zhang Yiming, mencatat trafik yang lebih besar dibandingkan Google. Terutama sejak 17 Februari 2021, dan makin tak tergoyahkan di tanggal 10 Agustus 2021.  

Namun, pada tahun 2022, dilansir dari kumparan.com, data Cloudfare mencatat Google kembali menempati posisinya sebagai situs mesin telusur yang paling banyak digunakan, setelah sebelumnya sempat digeser oleh TikTok.

Nah, tahun ini, berdasarkan laporan Morning Consult, perusahaan intelijen bisnis asal Amerika Serikat, 21 Februari 2023, trafik TikTok mengalami pertumbuhan pesat hingga mencapai 14 persen sebagai mesin pencari informasi yang paling banyak digunakan dibandingkan Google. Khususnya, untuk Generasi Z, kalangan yang lahir di rentang tahun 1997 – 2012.   

Hasil ini diperkuat oleh data internal Google, seperti dikutip dari cnbcindonesia.com, Rabu (1/3/2023), yang mencatat 40% Gen Z lebih memilih mencari informasi dari TikTok dibandingkan produk Search milik Google. Adapun informasi yang paling banyak dicari antara lain liburan, produk perawatan kulit (skincare), restoran, sampai makanan.

“Brand Awareness”

Lantas, apa manfaat dari keberadaan TikTok bagi public relations (PR)? TikTok dapat meningkatkan kesadaran (awareness) target audiens terhadap brand/perusahaan. Apalagi, kata Angga Anugrah Putra, TikTok General Manager Operation & Marketing untuk Asia Tenggara, saat mengisi acara webinar Indonesia Content Marketing Forum (ICMF) 2020, rata-rata pengguna aplikasi TikTok di Indonesia menonton lebih dari 100 video per hari.

Sementara jika ditelusuri lebih lanjut, data sepanjang 2022, dikutip dari voiceofstartups.org, mencatat 81% pengguna TikTok menggunakan aplikasi yang hadir sejak 2016 tersebut untuk menemukan produk dan brand baru.  

Berdasarkan ilmu marketing public relations, David A. Aaker dalam jurnalnya bertajuk Measuring Brand Equity Across Products and Markets (1996), mendefinisikan  brand awareness atau kesadaran merek sebagai kemampuan dari pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat merek dalam kategori tertentu.

Sejalan dengan itu, menurut Anik Lestari Andjarwati dan Eka Chusniartiningsih dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kesadaran Merek Dan Citra Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Teh Pucuk Harum Wilayah Surabaya Utara (2018), kesadaran terhadap suatu merek dapat memengaruhi pelanggan dalam keputusannya untuk melakukan pembelaan. Hal ini berkaitan erat dengan loyalitas konsumen terhadap merek. 

Namun, menurut Sofia Hernandez, Global Head of Business Marketing TikTok, kemampuan brand/perusahaan membangun awareness tergantung dari kualitas isi dari konten TikTok yang mereka buat. Pada akhirnya, kualitas isi ini akan berdampak terhadap kepercayaan. “Brand dapat membuat konten yang menghibur, menggunakan audio yang tepat, dan berisi saran yang berguna,” katanya. (jar/rtn)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI