Sebagaimana dalam praktik public relations (PR) hari ini media sosial tidak lagi sekadar alat promosi, tetapi juga panggung untuk membangun hubungan emosional dan reputasi merek, para pedagang keliling kekinian juga tidak sebatas jualan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Pedagang keliling telah menjadi bagian penting dari denyut kehidupan kota-kota di Indonesia. Alih-alih tergilas zaman, mereka justru bertransformasi mengikuti perkembangan dunia dan kebutuhan masyarakat. Seperti dapat disaksikan di hampir seluruh penjuru kota, makanan dan minuman murah meriah kini tidak hanya dijajakan pedagang keliling menggunakan ontel atau gerobak dorong, tetapi juga sepeda listrik berdesain modern.
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Dra. Rachmah Ida menerangkan, pedagang keliling kekinian menjadi tren lantaran masyarakat, khususnya para pekerja, memang sangat membutuhkan hal tersebut. Kendati demikian, katanya, kunci dari tren tersebut adalah komunikasi digital dan media sosial. “Media sosial memantik orang untuk mencari sesuatu, hingga kemudian membangkitkan kembali popularitas pedagang keliling,” ujarnya dikutip dalam laman resmi Kominfo Provinsi Jawa Timur, Selasa (26/8/2025).
Dalam konteks ini, lanjut Rachmah, komunikasi digital dan konten media sosial yang dihasilkan masyarakat maupun influencer, tidak hanya berhasil mendorong tren pedagang keliling kekinian, tetapi juga membantu para pedagang kaki lima tradisional. “Luar biasa memang media sosial itu bisa membentuk subkultur baru pada masyarakat konsumen Indonesia,” lanjut pakar komunikasi digital itu.
Menjalankan Fungsi PR
Sebagaimana dalam praktik public relations (PR) hari ini media sosial tidak lagi sekadar alat promosi, tetapi juga panggung untuk membangun hubungan emosional dan reputasi merek, para pedagang keliling kekinian juga tidak sebatas jualan. Mereka secara tidak langsung turut menjalankan fungsi PR digital, lewat kisah visual, respons cepat terhadap pelanggan, dan untuk membentuk citra positif.
Hal ini sejalan dengan temuan penelitian Shifa Ainun Zaxrie dkk., bertajuk Peran Media Sosial Sebagai Saluran Komunikasi Digital dalam Kehumasan, (2024) yang mengungkap bahwa media sosial telah mengubah cara PR berinteraksi dengan publik. Strategi komunikasi digital hari ini, tulisnya, tidak hanya tentang penyampaian pesan, tetapi juga bagaimana membangun hubungan jangka panjang dengan audiens.
Lebih jauh, Jamil Ridho Bramanta dalam penelitiannya berjudul Pengelolaan Digital Public Relations pada Media Sosial Instagram @pusdiklatanri (2025) menjelaskan, praktik PR digital dapat dikatakan efektif ketika pelaku usaha tidak hanya fokus pada promosi, tetapi juga engagement melalui storytelling, konten visual kreatif, dan interaksi langsung dengan pengikut.
Dengan demikian, pedagang keliling kekinian dapat pula disebut telah menjalankan praktik-praktik PR, karena tidak hanya memasarkan produk, tetapi juga menciptakan narasi brand yang dekat dengan konsumen, membangun komunitas pelanggan, dan memanfaatkan komunikasi digital sebagai sarana untuk menjaga keberlanjutan usaha di tengah persaingan. (EDA)