“Move or Die”
PRINDONESIA.CO | Senin, 20/01/2020 | 2.287
“Move or Die”
Miliki kemampuan beradaptasi dengan cepatnya perubahan
Dok. Istimewa

Oleh: Erwinsyah, Professional manager/Pls Pemimpin Unit Pelayanan Pengaduan Nasabah dan Pengelola Informasi Bank Sumut dan eks Pls Pinbid PR.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Salah satunya adalah tentang bagaimana kita harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan cepatnya perubahan. Digitalisasi teknologi informasi yang membawa perubahan besar terhadap model komunikasi publik dan pola konsumsi terhadap media informasi. Perubahan itu kini mempengaruhi perilaku sosial, ekonomi, politik, budaya dan lain-lain. Sepertinya, tidak ada lagi aspek kehidupan yang tidak bersentuhan dengan instrumen digital, bahkan dari balita hingga orangtua.

Sabagai praktsi public relations (PR), saya mencoba melihat dari perspektif eksistensi Corporate PR dan Marketing PR di tengah gelombang disrupsi. Sebagian perusahaan telah berlari kencang beradaptasi dengan perubahan dan ancaman era disrupsi. Dunia PR tidak lagi cukup dengan mengandalkan skill media relations. Aktivitas konvensional saat ini tidaklah cukup, seperti kerja-kerja teknis manual media monitoring, public speaking, negotiation skill, modal mudah bergaul, pintar bicara, bermodal penampilan yang stylish, menulis press release, menerbitkan advertorial atau press kit, newsletter, dll.

Kini, digitalisasi telah mengambil alih sebagian besar pekerjaan PR. Mulai dari aktivitas membangun hubungan dengan konsumen dan stakeholders lainnya melalui social media engagement yang winning campaign dan terukur. Melakukan media tracking dan searching pemberitaan dengan alat kecerdasan buatan (artificial intelligence), melakukan aktivasi brand, relationship yang memberi dampak. Reputation building yang kuat dengan mengoptimasi beragam platform media sosial atau dengan strategi kolaboratif dengan startup untuk meraih traffic yang tinggi.  

Ruh PR

Digital PR juga menuntut praktisi PR memiliki skill dasar yakni social media storytelling, copy writing, dan desain kreatif multi media atau creative content. Seorang praktisi PR di era digital, sudah wajib terlatih dalam mengoptimasi setiap tools kampanye digital. Seperti pengoperasian homepage dan optimalisasi landing page. Baik dengan cara publishing secara organik (mengunggah gratis) melalui feed di linimasa maupun melalui social media advertising seperti Facebook ads, IG ads, Google adword seperti Google Search Network dan Google Display Network, dan sejenisnya.  

Seorang manajer PR maupun manajer pemasaran dituntut memiliki kemampuan berpikir strategis. Mampu membaca audience insights untuk melakukan targeting yang tepat dan relevan. Mengelola custom audience untuk retargeting. Melakukan perencanaan social media campaign. Mengorganisasikan tim media sosial. Mengevaluasi kinerja media sosial dan memitigasi risiko reputasi dengan pendekatan manajemen krisis.

Pertanyaannya, sudahkah tim Corporate PR atau Marketing PR Anda bergerak cepat menuju perubahan dalam membangun reputasi, mempengaruhi opini publik, memperkuat brand atau menjaga loyalitas customer?  Reputasi adalah ruh dari public relations dan marketing. Tanpa kemampuan menjaga reputasi yang berkarakter, berintegritas, jujur, tepat dan kreatif, brand akan jatuh dan maketing akan lumpuh. Reputasi merupakan intangible asset, tak terlihat, tak berbau, tak berasa dan tak berwujud.

Di era digital, peran PR sebagai fungsi manajemen reputasi menjadi semakin penting. Publik adalah warganet, yang kritis, rewel dan sangat cepat menyebarkan isu, fake news atau hoax. Di sisi lain, platform media telah berubah, dan disrupsi juga terjadi dalam profesi PR. Nah, apa kesimpulan Anda terhadap eksistensi profesi PR dan manajemen PR di era digital? Yes, Move or die. It’s a warning!

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI