Arif Mujahidin, Danone Indonesia: Loyalitas PR kepada Perusahaan dan Profesi (Bag. 5 - habis)
PRINDONESIA.CO | Rabu, 13/12/2017 | 1.967
Arif Mujahidin, Danone Indonesia: Loyalitas PR kepada Perusahaan dan Profesi (Bag. 5 - habis)
Di dunia yang berubah dengan cepat, teruslah belajar dan beradaptasi.
Hendra/PR Indonesia

Arif Mujahidin - Communications Director Danone Indonesia 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Malang melintang di berbagai sektor industri dan perusahaan multinasional membuat ayah dari dua anak ini memiliki banyak pengalaman dari seni membangun relasi, suka duka mengatasi krisis, hoaks, sampai dinamika PR di industri FMCG. Kepada Ratna Kartika, Ricky Iskandar dan Yoko Hidayat dari PR INDONESIA, Arif berbagi kisah. Berikut ini petikannya. 

 

Sebagai salah satu perusahaan FMCG, seperti apa Anda melihat dinamika PR di industri ini?

Sesuai sebutannya, FMCG (Fast Moving Consumer Goods), industri ini merupakan industri yang kompleks karena basis konsumennya besar, variasi produknya banyak, pemain industrinya banyak dan beragam dari domestik sampai multinasional. Industri FMCG juga dinamis karena inovasi produknya cepat dan jaringan pemasaran juga luas.

Karena latar belakang itu, PR di Industri FMCG dituntut untuk memahami model bisnis sepanjang jalur supply chain, mulai dari penelitian dan pengembangan produk, bahan baku, proses produksi, distribusi serta proposisi merek. Hal ini penting agar komunikasi yang dilakukan kredibel dan pesan yang disampaikan sesuai fakta. Tentu, perlu upaya untuk terus mempelajari isu industri serta visi misi perusahaan agar memahami konteks di setiap komunikasi yang dilakukan.

 

Timbul kesan figur PR di FMCG jarang tampil  ke permukaan atau terkesan hati-hati. Komentar Anda?

Sebetulnya banyak kok yang dilakukan PR di industri FMCG. Tapi, mungkin bentuknya berbeda dengan industri lain yang isunya lebih dominan seperti industri palm oil, pulp and paper, atau pertambangan.

Hanya, memang tak dipungkiri, industri yang perusahaannya bervariasi dari rumah tangga sampai multinasional ini tidak semuanya punya PR. Selain itu, tidak semua pelakunya menerapkan operasi bisnis yang bertanggung jawab. Contoh, salah satu produsen susu di Cina menggunakan formalin. Kondisi ini tentu berdampak pada produsen susu lainnya di dunia. Seperti kutipan populer Warren Buffet, ”Butuh 20 tahun untuk membangun reputasi dan lima menit  menghancurkannya.”

Isu di industri FMCG juga banyak. Misal, Singapura melarang penggunaan sakarin (pemanis buatan), tapi aturan ini tidak berlaku di sejumlah negara seperti Indonesia, Jerman dan Spanyol. Perbedaan-perbedaan ini yang membingungkan konsumen. 

 

Hal apa saja sebenarnya yang harus menjadi perhatian PR, terutama yang bergerak di perusahan rentan isu seperti FMCG? 

Pertama, pahami dulu posisi industri, perusahaan dalam industri. Lalu, buat pemetaan isu potensial yang dihadapi. Setelah itu, rancang strategi jangka pendek, menengah, hingga panjang. Lakukan investasi melalui edukasi membina hubungan dan maksimalkan keberadaan teknologi seperti sosial media.

Lakukan evaluasi rutin menggunakan pendekatan KISS (Keep, Improve, Start, Stop). Maksudnya, apa yang harus di-Keep, apa yang harus di-Improve, apa yang harus di-Start, apa yang harus di-Stop. Kemudian, sesuaikan pendekatan dan strategi sejalan dengan perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan. Biasakan melakukan yang benar dan jangan membenarkan kebiasaan yang salah. Terakhir, selalu siap secara profesional untuk menghadapi segala situasi baik dalam kondisi, good time or bad time.

 

Apa hobi Anda?

Hobi saya berubah-ubah. Pada dasarnya saya ini senang membangun relasi. Karena suka ngobrol dengan banyak orang dari berbagai latar belakang itulah tak jarang muncul hobi baru. Misalnya, ketemu teman lama yang hobi pelihara burung, saya jadi ikutan suka hobi yang sama. Pernah juga melihara ikan koi. Asal mulanya sama, karena faktor bertemu dan ngobrol dengan orang lain. Kebiasaan membangun koneksi dengan lingkungan ini juga yang saya tularkan kepada anak-anak saya.

 

Kalau mendengar cerita tadi, sepertinya karakter PR memang sudah mengalir dalam diri Anda, ya?

Sebenarnya, tidak juga. Saya termasuk introver, lho, ketika SMA. Baru mulai berubah semenjak jadi wartawan. Biasanya, saya kelihatan introver lagi kalau sedang me time. Sederhana, sekadar nonton TV tidak mau diganggu. Karena saat itu, waktunya saya mencari informasi supaya well-informed.

 

Terakhir, pesan kepada junior PR?

Di dunia yang berubah dengan cepat, teruslah belajar dan beradaptasi. Jangan cepat berpuas diri, apalagi hanya fokus pada ‘kosmetik’. Knowledge tentang industri, bisnis, teknologi informasi, dan tren terbaru yang terjadi di dunia akan mempermudah pekerjaan PR dan membuat insan PR semakin dihargai. Kepo-lah, intinya. Tentu, dalam arti, selalu pengin tahu informasi terkini seputar industri perusahaan.

PR itu bergerak. Maka, menanamkan loyalitas tidak melulu kepada perusahaan, tapi juga profesi. Kita tidak pernah tahu, ketika kita profesional, portofolio kita akan bertambah dari industri ke industri, perusahaan ke perusahaan. Tergantung apa yang kita mau. (rtn)

 

 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI