Tiga Isu Besar Tahun 2022: Digitalisasi, Inovasi dan Kolaborasi
PRINDONESIA.CO | Senin, 29/11/2021 | 3.016
Tiga Isu Besar Tahun 2022: Digitalisasi, Inovasi dan Kolaborasi
Salah satu faktor kunci dari tren bisnis tahun 2022 adalah waspada terhadap ketidakpastian.
Dok. Think PR

YOGYAKARTA, PRINDONESIA.CO – Hal lain, Indonesia yang ditunjuk menjabat Presidensi G20, pada tahun 2022 akan menggelar ratusan agenda global dan nasional. Momentum ini harus disikapi dengan cerdas dan arif oleh para pelaku bisnis, pariwisata, maupun komunikasi. Demikian benang merah dari talkshow "Jogja Outlook 2022:  Wajah Ekonomi, Pariwisata, dan Komunikasi Pasca Pandemi”, yang diselenggarakan di Hotel Grand Rohan Yogyakarta, (26/11/2021), oleh Think PR dan MAW Talk.

Tiga narasumber dihadirkan pada forum yang didukung penuh oleh BNI tersebut. Mereka adalah Sakariza Q Hermawan, Pemimpin BNI Kantor Cabang UGM, Yogyakarta. Kemudian Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur (BOB), Agus Rochiyardi, dan Chairman MAW Talk Asmono Wikan.

Menurut Sakariza yang mengulas perspektif perbankan, berbisnis di era pascapandemi harus mengedepankan inovasi dan kreativitas. Tingkat ketidakpastian yang relatif masih tinggi mendorong semua orang harus selalu waspada terhadap perubahan yang terjadi. “Salah satu faktor kunci dari tren bisnis tahun 2022 adalah waspada terhadap ketidakpastian. Karenanya, arus kas harus diperkuat, sekaligus agenda-agenda proyeksi perusahaan perlu dikelola dengan baik,” ujarnya.

Sakariza optimistik dengan modal pertumbuhan ekonomi di DIY yang mencapai 11,8% (yoy)  pada triwulan II 2021, proyeksi ekonomi tahun depan akan cukup cerah. Apalagi, pariwisata telah menjadi denyut nadi bagi masyarakat DI Yogyakarta. Ia menambahkan, “Digitalisasi ekonomi akan menjadi salah satu faktor kunci perkembangan bisnis di masa datang. Kami pun fokus mengembangkan ekosistem unggulan  berbasis digital,” imbuh pria yang telah malang melintang di berbagai penugasan kantornya itu, sebelum memimpin BNI KC UGM.

Perubahan Iklim

Sementara itu, di depan 50 peserta dari berbagai latar belakang bisnis, ekosistem, dan organisasi yang menghadiri forum Jogja Outlook 2022, Agus Rochiyardi menyebutkan perubahan iklim sebagai salah satu fenomena yang akan berdampak besar bagi sektor pariwisata. “Sektor pariwisata harus mampu menangani perubahan iklim sebagai masalah bersama, karena tidak mungkin menunggu pandemi dan alam mengalami recovery dengan sendirinya,” ujarnya.

Agus menambahkan, para pengelola destinasi wisata perlu menyajikan model berwisata yang dapat diakses secara digital dan memiliki keunikan masing-masing. “Kita harus menyajikan pariwisata yang memiliki diversifikasi atau beragam, agar memberikan nilai tambah yang berbeda dengan konsep pariwisata lainnya,” imbuh Agus.

Dari prespektif komunikasi, Asmono Wikan berharap para pebisnis maupun komunikator (praktisi PR/Humas), mampu menyikapi pandemi dengan cerdas dan arif. “Kita harus mampu memanfaatkan peluang sekecil apapun yang masih tersedia di masa pandemi, untuk diolah dan tumbuh guna memastikan keberlanjutan bisnis atau organisasi,” ujar penulis buku Energi Kebaikan dan Komunikasi Empatik tersebut. Karenanya, isu-isu seputar presidensi G 20, perubahan iklim, dan digitalisasi yang bakal menghangat sepanjang 2022, perlu menjadi concern serius. Sekaligus dikomunikasikan secara lebih relevan melalui pendekatan bercerita (storytelling), yang kini semakin efektif dipergunakan melalui  beragam kanal media yang tersedia.

Jika ingin bertumbuh lebih baik dan menjadi pemenang di masing-masing ekosistem, Asmono meringkasnya dengan, “Adaptasi, Inovasi, dan Kolaborasi, adalah modal penting untuk bertumbuh dan sukses pada tahun 2022, sebelum Indonesia memasuki suasana Tahun Politik pada 2023.” (asw)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI